Sabtu, 22 Disember 2012

UNIT USAHA SIMPAN PINJAM DI KOPERASI DAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PERKEMBANGANNYA

REVIEW 9



Metodologi

          Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada usaha simpan pinjam pada koperasi di sumatera barat. Populasi penelitian ini adalah seluruh unit simpan pinjam atau koperasi primer  yang berbadan hukum serta berkualifikasi A. sampel penelitian dilakukan dengan simple random sampling.
Variable penelitian mencakup volume pinjaman yang tercatat dalam pembukuan koperasi sebagai variable berikut, tingkat bunga pinjaman yang dibebankan pada peminjam, lama proses pengajuan sampai pinjaman diterima anggota, dan periode pengambilan pinjaman. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder  yang bersumber dari unit usaha (koperasi) simpan pinjam responden selama tahun 1995. Data dikumpulkan dengan menggunakan daftar isian (documenter) yang disusun sehingga mudah dimengerti oleh karyawan koperasi. Selanjutnya data akan dianalisis dengan metode regresi linier dan eksponensial dengan computer program microstat.

Hasil penelitian dan pembahasan :
  1. Uji keseluruhan variable bebas


Untuk menganalisis permasalahan yang diajukan, digunakan fungsi eksponensial. Koefisien pendugaan parameter diperoleh melalui perhitungan computer, metode kuadrat terkecil (ordienary least square). Sebelum dianalisi data terlebih dahulu ditransformasikan kedalam logaritma natural. Dengan menggunakan fungsi eksponensial, maka koefisien parameternya juga menunjukan tingkat elastisitas peinjaman terhadap masing – masing variable bebas. Parameter A0 (intersep) merupakan volume (jumlah) pinjaman pada satu pihak dihadapkan terhadap variable bebas. Jadi makin besar nilai intersep, maka makin efisien pula kegiatan usahanya. Disamping itu parameter ini juga mengambarkan hasil rata – rata pada koperasi tersebut.

Untuk mengetahui sejauh mana variable bebas menjelaskan volume pinjaman, digunakan nilai koefisien determinan (R2). Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,89. Berarti 89 persen variasi volume pinjaman diterangkan oleh variable – variable bebas diatas.

Pengujian diatas, menunjukan hasil yang signifikan. Uji F menunjukan F hitung yang lebih besar yaitu 26,334 dari F table (4,28). Berarti secara keseluruhan variable – variable bebas berpengaruh secara nyata terhadap volume pinjaman.

Hasil seperti ini dapat dipahami, karena variable – variable bebas secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari usaha simpan pinjam. Seorang anggota akan meminjam dikoperasi jika tingkat suku bunga, lama proses pengajuan pinjaman, dan perioede (lama) pengembalian lebih menguntungkan dibanding yang ditawarkan bank rentenir.

2. Uji masing – masing variable bebas
  •     pengaruh tingkat suku bunga pinjaman


          Dari koefisien parameter yang dihasilkan, diketahui bahwa elastisitas pinjaman terhadap tingkat suku bunga adalah sebesar 50045458,69. Besaran nilai koefisien ini menggambarkan hubungan antara variable tingkat suku bunga dengan variable lainnya. Makin besar nilai indeks elastisitasnya, maka makin besar kemampuannya untuk menggantikan factor lainnya. Berarti dengan menaikkan tingakat suku bunga sebesar 1% akan menurunkan volume pinjaman sebesar Rp. 50.045.458,69 atau tingkat penurunan suku bunga sebesar 1% akan meningkatkan volume pinjaman sebesar Rp. 50.045.458,69 ; cateris paribus.

          Nilai indeks elastisitas tingkat suku bunga -50045458,69 lebih kecil dari nilai indeks lama proses pengajuan pinjaman. Berarti bagi peminjam kecepatan proses pengajuan pinjaman lebih diperhatikan disbanding tingkat suku bunga pinjaman. Namaun tingkat suku bunga pinjaman lebih diperhatikan daripada periode (lama) pengembalian pinjaman. Hal ini terlihat dari koefisiensi periode pengembalian pinjaman (niali mutlak).

          Nilai peluang uji t terhadap tingkat suku bunga menunjukan pengaruh nyata, karena peluang uji ini lebih kecil dari 10% yaitu hanya 0,0954 atau 9,54%. Hasil uji ini mengindikasikan bahwa tingkart suku bunga sangat berpengaruh terhadap keputusan anggota untuk meminjam atau tidak dikoperasi. Jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga perbankan sifatnya fleksibel atau berfluktuasi. Manajer koperasi hendaknya memberhentikan kondisi tingkat bunga dipasar uang (perbankan) yang menjadi saingannya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada satupun koperasi yang menetapkan tingkat bunga fleksibel sesuai dengan tingkat suku bunga perbankan pada umunya. Pada umumnya selama satu tahun koperasi tidak pernah merubah tingkat suku bunga pinjamannya, bahkan banyak koperasi sampel yang sudah menetapkan tingkat suku bunga pinjaman yang selama 5 tahun.

          Kondisi ini disatu sisi akan dapat merugikan perusahaan koperasi. Dalam manajemen perbankan dikenal adanya hubungan fluktuasi tingak suku bunga dengan periode pengembalian pinjaman atau jangka waktu pinjaman. Disamping itu juga akan mempengaruhi daya saing koperasi. Artinya jika tingkat suku bunga dipasar uang cenderung naik, makan akan terjadi kerugian pada koperasi. Tetapi jika tingkat suku umum cenderung terus menurun, maka partisipasi anggota akan menurun karena mereka merasa dirugikan, yang pada giliriannya akan menurunkan daya saing koperasi.

  • Pengaruh lama proses pengajuan pinjaman



          Elastisitas pinjaman terhadap lama proses pengajuan pinjaman adalah -55089057,50. Berarti setiap penambahan satu hari lama proses pengajuan pinjaman akan mengurangi Rp. 55.089.057,50 volume pinjaman atau pengurangan 1 hari proses pengajuan tersebut akan menambah Rp. 55.089.057,50 ; cateris paribus.
  
          Nilai indeks elastisitas variable -55089057,50 lebih besar dari nilai indeks variable tingkat suku bunga dan periode pengembalian pinjaman (nilai mutlak). Dengan demikian variable ini mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada variabel lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa lama proses pengajuan pinjaman lebih menentukan bagi seseorang untuk meminjam atau tidak dikoperasi. Kondisi ini dapat dipahami karena keadaan ekonomi anggota koperasi yang pada umumnya kesulitan likuwditas, yang menyebabkan mereka membutuhkan dana yang segera diterima. Disamping itu manajemen koperasi dalam memberikan pinjaman hendaknya mempunyai prioritas untuk didahulukan. Namun priritas itu jangan dikaitkan dengan siapa (orang) yang meminjam, tetapi justru harus dihubungkan dengan usaha yang akan dibiayai (penggunaan) pinjaman tersebut. Misalnya usaha seorang petani berkaitan dengan iklim atau cuaca, sehingga kecepatan kebutuhan uang sangat tergantung pada keadaan iklim tersebut. Informasi ini juga memberikan masukan kepada manajer koperasi dalam pengelolaan simpan pinjam. Artinya salah satu factor keunggulan koperasi yang harus diperhartikan adalah kecepatan proses pengajuan pinjaman anggota.

          Nilai peluang uji terhadap variable ini menunjukan pengaruh nyata pada signifikansi 10% karena besaran peluang uji tadalah 0.083. hasil uji memberikan informasi bagi manajer koperasi agar berusaha meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan unit simpan pinjam. Peningkatan efisiensi akan berakibat pada penurunan lama proses pengajuan pinjaman dan penurunan tingkat suku bunga pinjaman.

  • pengaruh periode (lama) pengembalian pinjaman


Periode pengembalian pinjaman, dimaksudkan berupa berapa kali pinjaman harus dilunasi atau berapa lama pinjaman dapat dimanfaatkan anggota sebelum dikembalikan.

Koefisien volume pinjaman terhdap periode pengembalian pinjaman adalah 46211816,48. Brarti setiap penambahan satu kali periode pengembalian pinjaman akan meningkatkan volme pinjaman sebesar Rp. 46.211.816,48 atau sebaliknya pengurangan satu kali periode pengembalian akan menurunkan Rp. 46.211.816,48 volume pinjaman ; cateris paribus.

Nilai peluang uji t  menunjukan bahwa variable periode pengembalian pinjaman berpengaruh nyata pada tariff signifikansi 10% terhadap volume pinjaman. Dengan demikian secara statitis variable ini adalah signifikan.

Periode pengembalian pinjaman ternyata sangat berhubungan dengan usaha yang dapat dibiayai oleh pinjaman tersebut. Artinya periode pengembalian merupakan lamanya dana tersebut terinvestasi dalam usaha peminjam. Alam aturan struktur finansial yang konservatif dijelaskan bahwa jangka waktu pinjaman terinvestasi dalam usaha tidak boleh melebihi lamanya periode pinjaman, sehingga peminjam tidak kesulitan untuk mengembalikan pinjaman tersbut pada saat hatuh tempo. Hal ini juga mengindikasikan bahwa periode pengembalian injaman harus dibedakan antara seorang anggita peminjam dengan lainnya berdasarkan kegunaan pinjaman tersebut bagi mereka. Sebab kebijaksanaan seperti ini disamping mendidik anggota memanfaatkan pinjaman juga berpengaruh pada kemungkinan kelancaran pengembalian pinjaman. Artinya jika pinjaman yang diberikan dapat meningkatkan pendapatan lebih besar dari biaya pinjaman yang mereka bayar, maka kemampuan mengembalikan pinjaman anggota semakin besar atau sebaliknya.

Pendapat diatas didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, bahwa periode pengembalian pinjaman dikoperasi adalah tetap (tidak fleksibel). Sedangkan manajemen perkreditan (disamping uraian diatas) modern mengatakan bahwa fleksibilitas periode pinjaman sejalan dengan fluktuasi tingkat suku bunga itu sendiri. Jika tingkat suku bunga cenderung menurun atau dalam waktu dekat akan terjadi penurunan, maka sebaiknya manajemen koperasi memberikan pinjaman dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tingkat bunga pinjaman cenderung naik atau dalam jangka panjang terus naik, maka (didasarkan pada pemikirian bahwa koperasi disatu sisi harus bersaing dengan lembaga keuangan formal dan informal lainnya dan disisi lain harus mempertimbangkan kebutuhan anggota sebagai pemakai jasa koperasi. Kedua pertimbangan diatas menuntut profesionalisasi manajemen koperasi. Artinya dengan sebagai profesionalnya manajemen koperasi diharapkan mereka dapat menganalisis kebutuhan dana dari anggota disatu sisi dan fluktuasi suku bunga disatu sisi lain, sehingga kebijaksanaan pinjaman mereka optimal, dalam arti menguntungkan bagi koperasi dan juga membantu anggota mengembangkan usahanya yang pada  gilirannya koperasi ikut meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Kesimpulan

1.      Hasil analisis menunjukan bahwa ketiga variable (tingkat suku bunga, lama proses pengajuan kredit, dan periode pengembalian pinjaman) berpengaruh terhadap besar kecilnya volume pinjaman. Hal ini berarti anggota sebagai peminjam sangat mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebelom mereka mengajukanpermohonan pinjaman.
2.      Dari ketiga variable yang dianalisis, variable lama proses pengajuan pinjaman adalah yang paling berpengaruh, kemudian diikuti yang diikuti oleh tingkat suku bunga dan periode pengembalian pinjaman. Hal ini juga menunjukkan urutan kepentingan atau pertimbangan anggita sebelum mengajukan pinjaman.
3.      Besarnya pengaruh ketiga variable yang dianalisis tidak diikuti oleh fleksibilitas kebijakan pinjaman oleh manajemen koperasi. Sedangkan fleksibilitas pengelolaan sangat penting. Hal ini berhubungan sangat dengan jangka waktu kebutuhan dana bagi anggota peminjam dan fluktuasi ekonomi ekonomi khsusnya suku bunga dipasar uang. Dengan kebijaksanaan seperti ini diharapkan peluang perkembangan unit usaha simpan pinjam semakin besar seiring dengan perkembangan usha anggotanya.
4.      Disarming variable yang diuraikan diatas, penelitian ini juga menemukan bahwa, lebih dari 50 persen responden yang diteliti tidak memberikan balas jasa simpanan pada penyimpannya dalam bentuk bunga. Bahkan sebagian besar (75 persen) diantaranya tidak memberikan insentif sama sekali dan sebagian kecil hanya memberikan sisa hasil usaha pada akhir tahun. Situasi ini akan menghilangkan daya saing unit usaha simpan pinjam dan koperasi akan kesulitan dalam memobilisir dana dari masyarakat, karena saat ini tersedia lembaga keuangan (misalnya BRI dan atau BPR) yang menyediakan sarana simpanan dengan insentif  tingkat bunga dan hadiah – hadiah yang menggiurkan penabung.

Saran

Hasil ini memberikan saran atau rekomendasi pada pimpinan koperasi di Sumatera Barat khususnya yang mempunyai unit usaha simpan pinjam.
1.      Agar unit usaha simpan pinjam dapat berkembang seiring dengan perkembangan usaha anggota, maka manajemen usaha simpan pinjam khususnya harus memperhatikan jangka waktu kebutuhan dana  bagi anggota dan juga fluktuasi suku bunga di pasar uang. Kondisi ini menuntut kepekaan manajemen dalam menganalisis informasi pasar, pesaing dan pemohonan kredit dari anggota. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah keseimbangan antara kebutuhan anggota disatu sisi dengan kepentingan koperasi terutama meningkatkan daya saing disisi lain. Manajemen simpan pinjam dengan tingkat suku Bunga dan jangka waktu (periode pengembalian) pinjaman yang tetap tidak sesuai lagi dengan situasi ekonomi yang terus berubah saat ini. Bahkan untu masa – masa yang akan datang diperkirakan daur hidup produk (termasuk simpan pinjam) akan semakin pendek. Artinnya naik turunnya kondisi perekonomian akan semakin sering terjadi. Implikasinya penentuan tingkat suku bunga dan jangka waktu pinjaman tidak bisa lagi diserahkan pada rapat anggota atau bahkan pada pengurus sekalipun. Jika hal ini tetap di jalankan maka usaha simpan pinjam akan kehilangan daya saing dan pada gilirannya ditinggalkan anggotanya, sehingga usaha ini akan gulung tikar. Kebijakan suku bunga dan jangka waktu pinjaman harus menjadi wewenang dari pengelola unit usaha simpan pinjam atau setidaknya manajer koperasi.
2.      Secara teoritis usaha simpan pinjam pada koperasi dapat lebih efisien disbanding lembaga formal lainnya, Karen dapat mereduksi biaya tranksaksi. Peluang ini hendaknya diperhatikan oleh pengelola unit usaha simpan pinjam, sehingga dengan semakin efisiennya koperasi bekerja, maka akan dapat diturunkannya tingkat suku bunga pinjaman dan semakin cepatnya proses pengajuan pinjaman.
3.      Agar unit usaha simpan pinjam pada koperasi tidak kehilangan daya saing, maka pengelola usaha ini harus memberikan balas jasa kepada deposan setidaknya sesuai dengan balas jasa yang diberikan lembaga formal lainnya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka masyarakat tidak akan menyimpan uangnya dikoperasi, karena kalah bersaing dengan pasar. Disamping itu sebenarnya koperasi dalam hal unit simpan pinjam mempunyai kelemahan dibandingkan dengan lembaga keuangan menyangkut tingkat keamanan perusahaan ini. Artinya masyrakat akan merasa lebih aman menyimpan uangnya dibank misalnya, disbanding dikoperasi apa lagi dengan jumlah besar.


Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
'2011 - 2012



1.      
      

Tiada ulasan:

Catat Ulasan