Sabtu, 22 Disember 2012

KEBIJAKAN UTANG KOPERASI MAHASISWA UNY UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KOPERASI

REVIEW 6

C. PERAN UTANG DALAM PENINGKATAN KERJA

          Penelitian-penelitian ekstensif tentang pengaruh utang danperjanjian kredit (debt covenant) atau manajemen laba sudah banyakdilakukan (Sweeney, 1994 and Watts and Zimmerman, 1986 and 1990)Temuan-temuannya konsisten dengan pandangan bahwa perusahaandengan jumlah utang yang besar, menggunakan akrual untukmeningkatkan labanya pada periode-periode terdapat banyak batasandari perjanjian kredit, dan menggunakan akrual untuk mengurangi labapada periode yang lain. Penjelasannya adalah manajer memandangbahwa biaya tidak mampu membayar utang (default) yang dipersepsikanlebih besar dibandingkan dengan turunnya nilai perusahaan yangdipersepsikan akibat kebijakan pengaturan akrual (managingdiscretionary accrual). Selanjutnya manajer akan mengatur akrual yangmeningkatkan laba ketika perjanjian kredit banyak memberikanbatasan, dan mengatur akrual yang menurunkan laba agar dapat menggeser pada periode yang akan datang ketika kesulitan memenuhiperjanjian kredit terjadi. Bila ini benar, tanpa memperhatikan apakahbatasan-batasan kredit tersebut mengikat atau tidak, maka besarnyaakrual hasil kebijakan harus secara signifikan lebih besar padaperusahaan-perusahaan yang memiliki utang besar dibandingkandengan perusahaan-perusahaan yang utangnya kecil. Banyak buktimenunjukkan bahwa manajemen laba pada perusahaan yang utangnyabesar berpengaruh negatif pada hubungan laba – harga saham (Wattsand Zimmerman, 1986).
          Skinner (1993) menguji peluang pertumbuhan denganmenghubungkannya dengan jumlah utang, kompensasi, dan pilihanakuntansi. Ia menemukan bahwa utang memiliki hubungan negatifterhadap peluang pertumbuhan. Perusahaam yang memiliki pertumbuhanyang lebih tinggi menunjukkan manajemen laba yang lebih tinggi pula.Hal senada ditunjukkan oleh Barclay at al. (1995) yang menjelaskanbahwa perusahaan yang
memiliki peluang pertumbuhan yang tinggiakan sangat mahal bila pendanaan dilakukan dengan utang, sehinggahubungan antara peluang pertumbuhan dan besarnya utang adalahnegatif. Manajemen laba ini dapat secara langsung mengindikasikanbahwa besarnya laba memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilaiperusahaan. Disamping itu, semakin besar utang juga meningkatkanresiko perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan. Namundemikian perusahaan yang mampu mengelola utang secara efisien,tidak jarang akan mendorong percepatan di dalam merealisasi pertumbuhan.
          Skinner (1993) juga memberikan bukti bahwa perusahaanyang semakin besar pertumbuhannya, menunjukkan manajemen labayang semakin besar pula. Terdapat dua penjelasan untuk itu, pertama, penjelasan under-investmen klasik. Perusahaan dengan peluangpertumbuhan yang tinggi dipaksa untuk menghentikan investasinyaagar tidak melanggar perjanjian kredit. Beban dan kemungkinan tidakbisa bayar utang lebih besar pada perusahaan-perusahaan tersebutdibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah yangditunjukkan dengan nilai aktiva riilnya. Akibatnya manajer perusahaanyang peluang pertumbuhannya tinggi akan mendapatkan tekanan yanglebih besar untuk mengatur laba. Ke dua adalah penjelasan alternatif.Manajer dapat mengkomunikasikan value-relevant melalui manajemenlaba. Dengan demikian manajer perusahaan yang pertumbuhannya tinggimemungkinkan memiliki informasi private yang lebih value-relevance. 
          Semakin besar utang juga mengandung beban. Sebagaimana leverage meningkat, beban keagenan (agency cost) utang juga meningkattermasuk beban kebangkrutan (Jensen, 1986). Ratio utang-ekuitasyang optimal adalah suatu titik yang nilai perusahaam maksimal, titikyang menunjukkan beban tambahan utang di-offset oleh manfaattambahan. Penambahan utang yang beresiko dapat mengurangipresent value perusahaan yang memiliki opsi riil karena strategiinvestasi menjadi tidak optimal atau memaksa perusahaan dengankreditornya untuk menanggung beban menghindari strategi yang tidakoptimal (Myers, 1977). Melalui penjelasan ini, peneliti mengharapkanasosiasi antara utang dan hubungan nilai pasar-laba dan nilai bukuekuitas negatif. 
          Barth et al. (1999) menemukan suatu pola bahwa kenaikanlaba berkorelasi positif dengan pertumbuhan dan berkorelasi negatifdengan resiko. Dengan demikian, perusahaan yang tumbuh cenderunglabanya meningkat, sehingga pasar juga memberikan respon yangpositif. Hal ini mmberikan bukti bahwa asosiasi laba – return lebih kuat pada perusahaan-perusahaan yang pertumbuhannya tinggi. Namundemikian, Gul et al. (2000) memberikan penjelasan yang berbeda; yaituakrual kebijakan meningkatkan asosiasi laba – return pada perusahaanyang pertumbuhannya tinggi, karena para manajer perusahaan yang pertumbuhannya tinggi menggunakan manajemen laba untuk lebihmeyakinkan dalam mengkomunikasikan informasi private kepada investor.Informasi ini cukup bernilai bagi investor dan oleh karenanya menjadiinsentif bagi manajer untuk mengungkapkannya. Kondisi ini dinamakanmanajemen laba yang efisien. Berdasarkan penjelasan tersebut penelitimengharapkan pertumbuhan memiliki asosiasi positif
terhadap hubungannilai pasar – laba dan nilai buku ekuitas.

D. METODE PENELITIAN

          Penelitian ini merupakan penelitian empiris kuantitaif yang bertujuan menganalisis kebijakan utang koperasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan pertanggungjawaban pengurus atau pengelola KOPMA UNY selama 5 tahun terakhir.
         Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Kebijakan utang koperasi:Kebijakan utang koperasi diproksikan dengan leverage finansial yang diukur dengan short term atau long term debt ratio (LR) yaitu dengan membagi antara utang dengan total aset. Kesempatan bertumbuh : Potensi pertumbuhan koperasi ditunjukkan dengan perbandingan antara omset dengan laba yang dihasilkan. Rasio aktiva tetap:Rasio aktiva tetap dihitung sesuai dengan penelitian Cung (1993) yaitu dengan menggunakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aset. Ukuran koperasi:
          Ukuran perusahaan atau koperasi menunjukkan berapa aset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ukuran besaran perusahaan dihitung berdasarkan total aset yang dimiliki KOPMA. 
          Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression dengan 3 variabel independen yaitu kesempatan bertumbuh (PROF), rasio aktiva tetap (FAR) dan ukuran perusahaan (ASSET). Sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan utang koperasi yang dihitung dengan rasio antara utang dengan total aset (DEBT). Model tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

DEBTt = α0 +α1PROFt + α2FARt + α3ASSETt +ε

          Sebelum diadakan analisis data terlebih dahulu diadakan pengujian prasyarat analisis. Prasarat analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dikumpul telah memenuhi persyaratan untuk dianalisis dengan teknik yang telah direncanakan atau tidak. Uji prasyarat analisis yang digunakan yaitu : Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh merupakan distribusi normal atau tidak. Adapun metode statistik untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah Kolmograv-Smirnov sebagai berikut:

D = max. (Sugiyono, 2005: 156).

          Apabila problabilitas yang diperoleh melalui hasil perhitungan (KDhitung) lebih besar atau sama dengan (KDtabel) pada taraf signifikansi 5 % berarti sebaran data variabel tersebut normal. Apabila problabilitas hasil perhitungan (KDhitung) lebih kecil dari (KDtabel) pada taraf signifikansi 5 % maka sebaran data untuk varian tersebut tidak normal. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat berbentuk garis lurus atau tidak. Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan uji r dengan rumus sebagai berikut :

keterangan:
Freg = harga F untuk garis regresi
KRreg = rerata kuadrat regresi
KRres = rerata kuadrat residu. (Sutrisno Hadi, 2004: 13).

          Harga F dihitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan taraf signifikansi 5%. Apabila harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel maka hubunga variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan tidak linear. Sedangkan apabila harga Fhitung lebih besar dari Ftabel maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linear.
         Uji multikolinearitas digunakan sebagai syarat digunakannya analisis linear ganda.
Penelitian untuk menguji terjadi atau tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas dibuktikan
dengan menyelidiki besarnya interkorelasi antar variabel bebas. Teknik korelasi Produk Moment:


keterangan:
rxy = koefisisen korelasi antar variabel X dan Y
N = jumlah subyek atau responden
ΣX = jumlah skor variabel X
ΣY = jumlah skor variabel Y
ΣX2 = jumlah kuadrat skor variabel X
ΣY2 = jumlah kuadrat skor variabel Y
ΣXY = jumlah hasil perkalian skor X dan Y.

          Syarat data dapat digunakan adalah tidak terjadinya multikolinearitas, yakni apabila antar variabel bebas tidak ada korelasi yang tinggi yaitu kurang dari 0,80 sehingga data dapat digunakan untuk analisis koreasi ganda.
          Uji heteroskedasitas oleh Ghozali (2005:105) bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas.
Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedasitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Setelah diuji, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.
          Uji Autokorelasi merupakan salah satu uji asumsi klasik dalam analisis regresi linear berganda. Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson atau uji dengan Run Test dan jika data observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation).

Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
2011 - 2012

Tiada ulasan:

Catat Ulasan