Sabtu, 22 Disember 2012

Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis Web 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil

REVIEW 14


7. Integrasi Sistem Pemasaran Web 2.0 dengan Inkubator Bisnis Prodi Pendidikan Manajemen Bisnis –FPEB - UPI

          Pengembangan integrasi aplikasi baik website 2.0 dan intranet portal pendidikan manajemen bisnis yang dikembangkan terdiri dari tahapan-tahapan dapat dilihat pada gambar dibawah ini



Gambar 8
Diagram Tahapan Integrasi Model pemasaran usaha kecil 2.0 ke
Web Inkubator Bisnis Prodi Pendidikan Manajemen Bisnis –FPEB – UPI

8. Implementasi User Interface

Implementasi dari user interface dapat dilihat dari hasil capture tampilan web dibawah ini

8.1. Halaman utama Katalog


8.2. Profile dan deskripsi produk


8.3. Daftar Produk baru dan program discount


8.4. Penawaran khusus


8.5. Akun konsumen




9. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

  • Informasi pemasaran baik lingkungan makro maupun lingkungan mikro seluruhnya berpengaruh terhadap strategi pemasaran. Namun lingkungan pemasaran makro berpengaruh lebih nyata daripada lingkungan pemasaran mikro . karena informasi lingkunga pemasaran sangat berpengaruh terhadap strategi pemasaran , maka kehandalan informasi merupakan penenti untuk memilih stratgei generik dalam mencapai keunggulan bersaing
  • Strategi pemasaran yang terdiri dari strategi pasar produk dan strategi bauran pemasaran berpengaruh tervhadap keunggulan . Strategi bauran pemasaran (sebagai alat pemasaran) yang ditetapkan bergantung pada strategi pasar sasaran sehingga strategi pasar produk lebih dominan pengaruhnya terhadap peningkatan daya saing produk usaha kecil , walaupun demikian perumusan strategi pasar produk apabila kurang didukung oleh informasi pemasaran belum merupakan jaminan sebagai penentu daya saing usaha kecil
  • Strategi keunggulan bersaing lebih memfokuskan pada strategi generik ( biaya diferensiasi dan fokus) berdasarkan jenis pelaksanaan sumber keunguulan pada stratgei generik. Hasil penelitian deskriptif ini belum banyak mengungkapkan karakteristik industri kecil dalam mencapai keunggulan biaya menyeluruh, selain itu sangat sedikit diungkapkan tentang jenis diferensiasi yang dilakukan industri kecil dan lankah langkah industri dalam menerapkan strategi fokus segmen
  • Melalui model strategi pemasaran usaha kecil 2.0 , pelaku usaha kecil akan memperoleh berbagai informasi yang berhubungan dengan produk ataupun network (jejaring) yang berhubungan dengan produk yang dipasarkan , serta dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian pelau usaha terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap usahanya sendiri maupun terhadap pihak lain sehingga dapat meningkatkan daya saing industri kecil. Sistem pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 yang dirancang memungkinan antar pelanggan atau konsumen dan pelaku usaha dapat melakukan komunikasi dua arah (two way comunication) dengan dibangun suatu portal untuk pelaksanaan simulation, real time chating
2. Saran

  • Akses informasi lingkungan pemasaran makro terutama faktor ekonomi dan teknologi mempunyai peran yang menentukan dalam merumuskan strategi pemasaran dari industri kecil . Olek karena itu penyediaan sistem informasi menjadi mutlak bagi setiap indutri kecil yang ingi berdaya saing
  • Strategi pemasaran yang mencakup strategi pasar produk dan strategi bauran pemasaran harus ditangani secara baik
  • Model strategi pemasaran usaha kecil 2.0 ini alangkah lebih baiknya diintegrasikan dengan web site dinas yang terkait



Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
2011 - 2012









Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis Web 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil

REVIEW 13


5.4. Implementasi Sistem

a. Teknologi Pendukung Proses Implementasi
          Teknologi berbasis Internet yang digunakan untuk mengembangkan sistem pemasaran Web 2.0 ini dengan cara membangun web server dan meletakkan web server tersebut di intranet yang terhubung dengan Internet. Web server dan database server yang dibangun , diletakkan dalam jaringan komputer TN/MB UPI. Topologi jaringan di gedung TN/MB UPI dapat dilihat pada Gambar 5.11



b. Implementasi Halaman Web
          Berikut ini penjelasakan dari halaman web yang diimplementasikan yang terdiri dari halaman statis dan halaman dinamis (.html dan.php). Sedangkan gambar dari skema dari halaman web dapat dilihat pada Gambar 5.
  1. Index, merupakan halaman muka dari sistem.
  2. About, merupakan halaman yang berisi informasi mengenai Inkubator bisnis .
  3. Info & News, berupa halaman yang menampilkan berita dan informasi sekitar Sistem pemasaran web 2.0
  4. Staff, merupakan halaman yang menampilkan data dari peneliti , dinas terkait , dan pelaku industri kecil UMKM .
  5. Syarat, berisikan persyaratan untuk mengikuti sistem Pemasaran web 2.0
  6. Data produk , merupakan halaman yang menampilkan daftar produk UMKM
  7. Login, merupakan file yang menangani proses authentifikasi user pada sistem. Bila username/password cocok dengan database pelaku industri , maka script akan memilih session industri kecil , sedangkan bila cocok dengan database sentra industri , maka akan dialihkan ke session peneliti, dinas terkait
  8. Pelaku industri , merupakan sesi pelaku industri yang berisikan menu-menu untuk pelaku industri .
  9. Content Product , merupakan halaman produk /company profile dari pelaku industri . Pada file ini akan ditampilkan content product yang sedang diupload .
  10. Resource, merupakan virtual product untuk sistem pemasaran berbasis web 2.0 ini. Di gunakan untuk menampilkan data-data produk, jenis produk yang sejenis , dan alamat-alamat web yang dapat mendukung content produk .
  11. Pencarian, digunakan untuk mencari data-data produk atau sentra industri yang ada.
  12. Produk , berisikan detail content tiap produk . Pada halaman ini akan ditampilkan daftar produk , harga , daftar varian produk , audio, video, virtual produk , Dan pada setiap produk yang akan ditampilkan .
  13. Forum Diskusi, digunakan sebagai media interaksi untuk berdiskusi antara pelaku industri dengan peneliti dan dinas terkait berkaitan dengan content yang bersangkutan.
  14. Progress Report, menampilkan aktivitas pelaku industri UMKM terhadapa sistem pemasaran berbasis web 2.0 . Data-data yang ditampilkan seperti : aktivitas berdiskusi, penambahan content produk perubahan harga , promosi Aktivitas akan di evaluasi .
  15. Perubahan content & harga , merupakan halaman untuk melihat harga yang diberikan pelaku indutri
  16. Peneliti atau dinas terkait , merupakan sesi peneliti yang berisikan daftar content produk yang ditawarkan dan menu untuk memasukkan list content baru .
  17. Lihat content produk , digunakan untuk menampilkan daftar content produk seperti list produk, harga , dan file pendukung produk .
  18. Masukkan content , digunakan untuk memasukkan data conten produk ke dalam database.
  19. Masukkan file produk, audio, video, dan virtual product, digunakan untuk memasukkan file-file pendukung produk. File ini akan ditampilkan berdasarkan sentra industri kecil .
  20. Masukkan topik, merupakan halaman untuk memasukan content (upload file) produk yang berupa file html, ke direktori di server. Dan setelah memasukkan data produk ke database, maka kita bisa memasukkan harga, promosi , dan file pendukung topik materi. File ini akan di akses pelaku industri sebagai isi dari content yang diberikan produsen .
6. Uji coba Model Strategi Pemasaran usaha kecil 2.0

          Tahap terakhir dari pengembangan Model Strategi pemasaran usaha kecil web 2.0 telah dilaksanakan . Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap aplikasi yang telah dibangun serta dilanjutkan dengan melakukan evaluasi terhadap kelebihan dan kekurangan dari sistem tersebut Uji coba dilakukan terhadap pengguna Sistem pemasaran berbasis web 2.0 yang terdiri dari pelaku industri UMKM peneliti dinas terkait dsb .
          Berikut ini adalah content data Uji Model Strategi pemasaran usaha kecil web 2.0 untuk 6 sentra produk unggulan di kota bandung. Kota Bandung mempunyai program merevitalisasi 6 kawasan industri dan perdagangan yang berpotensi memberikan kontribusi ekonomi tinggi Kawasan Sentra Industri dan Perdagangan di 5 Kawasan merupakan program prioritas Kota Bandung yang tertuang pada Perda No. 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dan Perda No.3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Perda No. 2 Tahun 2004 Tentang RTRW Kota Bandung. Kota Bandung terkenal karena produk-produk yang dihasilkannya merupakan produk unggulan. Beberapa produk yang ada merupakan primadona kota, seperti jeans, sepatu, kain, rajutan dan kaos. Proses produksi dan pemasaran produk tersebut terkonsentrasi di 5 (lima) Kawasan Sentra Industri dan Perdagangan Kota Bandung.


          Penataan 5 (lima) KSIP sebagai tindak lanjut dari Keputusan Walikota Bandung Nomor 517/Kep.793. Huk/2006 tentang Tim Penataan Kota Bandung.
          Pencanangan Revitalisasi 5 (lima) KSIP diharapkan dapat menumbuhkembangkan dan meningkatkan potensinya serta menggairahkan iklim usaha perdagangan dan industri kecil menengah (IKM) di Kota Bandung.
         KSIP memiliki potensi sebagai tempat ’wisata industri’ (Industrial Tourism) di masa yang akan datang, dimana pengunjung tidak hanya datang untuk belanja, tapi juga dapat melihat secara langsung proses produksi sampai tercipta produk.


          Penelitian kami hanya usaha kecil yang ada pada empat sentra unggulan dan dua sentra industri yaitu sentra kulit olahan cibaduyut , sentra rajut binong jati, sentra textile cigondewah, sentra kaos suci , sentra keramik kiara condong serta sentra boneka sukamulya holis.

Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
2011 - 2012








Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis Web 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil

REVIEW 12


4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

          Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PT. SJV terhadap industri kecil yang ada di Jawa Barat, ternyata sulit beradaptasi dengan struktur pasar yang ada. Industri kecil pada umumnya kurang memiliki informasi pasar sebagai akibat keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mempersulit industri kecil itu sendiri dalam memperluas akses pasar Akibatnya, ruang gerak industri kecil secara ekonomis akan tetap lemah dan terbatas. Dengan demikian, maka peran informasi pemasaran menjadi isu sentral dan strategis. Akibat keadaan tersebut, fenomena krusial yang terjadi adalah terpikatnya industri kecil oleh dorongan pada konsentrasi yang product oriented dan kurang market oriented. Ini berarti ketidakberdayaan dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan pembeli terhadap berbagai jenis produk industri kecil
          Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diperlukan model strategi pemasaran yang komperhenship berbasis web 2.0 yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri kecil di Jawa barat khususnya di Kota bandung.

4.1. Analisis situasi pemasaran dari industri kecil UMKM perlu dilakukan dalam rangka memperoleh   Informasi pemasaran

          Hasil analisis akan berupa informasi tentang faktor faktor dalam lingkungan makro (ekonomi, teknologi, sosial budaya , kebijakan pemerintah peraturan dan demographi) dalam rangka memperoleh informasi dapat diungkapkan seberapa jauh usaha kecil telah mempertimbangkan faktor faktor tersebut menunjukkan tingkat kualitas keputusan manajemen pemasaran . Dari indutri usaha kecil yang diteliti hanya 56.9 % yang secra umum pemperhatikan atau mempertimbangkan informasi tentang lingkungan pemasaran makro, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dalam industri kecil telah berorientasi pada peluang dan sekaligus ancaman dari lingkungan pemaran makro.
Sehubungan dengan hal tersebut para pengusaha UMKM telah memanfaatkan sumber daya informasi selain sumber daya lain yang diperhatikan yaitu “ Men , material, mechine, and men . Konsisi tersebut mencerminkan pula bahwa masalah inforasi tentang faktor faktor situasional telah dijadikan masukan bagi manajemen pemasaran dalam proses pengambilan keputuan . Walaupun demikian terdapat 11.61 % pengusaha UMKM yang kurang mempertimbangkan pengaruh faktor lingkungan pemasaran makro sehingga tidak berorientasi pada peluang dan ancaman lingkungan makro
          Kekuatan Faktor faktor lingkungan makro tidak mempunyai pengaruh langsung dengan keputusan pemasaran dari indutri kecil . Faktor yang mempunyai pengaruh langsung dengan keputusan pemasaran dalam suatu industri adalah lingkungan pemasaran mikro , berdasarkan hal tesbut informasi pemasaran tentang pemasok, pesaing,pedagang perantara, publik dan pelanggan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan analisis.


4.2. Analisis strategi pemasaran yang dapat diimplementasikan melalui web 2.0

          Strategi pemasaran, baik strategi pasar produk maupun startegi bauran pemasaran yang dapat diimplementasikan melalui web 2.0 . Strategi pasar produk pada dasarnya merupakan rencana atau cara bagaimana suatu perusahaan mencapai sasaran pemasarannya yang efektif atau bagaiamana perusahaan menghubungkan kebutuhan dan keiinginan pasar dengan produk yang ditawarakan . Strategi pasar produk terdiri dari dua sub strategi yaitu strategi pasar sasaran dan strategi program pemasaran .
          Strategi bauran pemasaran produk UMKM merupakan cara /rencana perusahaan yang bersifat menyeluruh dan mencerminkan keterpaduan antara strategi strategi bauran produk, bauran harga, bauran distribusi dan bauran promosi untuk mencapai sasaran pemasaran khususnya penjualan di pasar sasaran yang dipilih. Untuk analisis selanjutnya kita lihat per stratgei bauran pemasaran

4.3. Analisis strategi pemasaran yang dapat meningkatkan daya saing

          Strategi pemasaran yang dapat meningkatkan daya saing industri kecil melalui Strategi keunggulan bersaing yang memfokuskan pada tiga stratgei yaitu Strategi generik dari Porter yang terdiri dari stratgei biaya , stratgei diferensiasi dan strategi fokus . Berdasarkan ketiga strategi tersebut , untuk industi kecil khususnya perusahaan UMKM di Kota Bandung belum banyak mengungkapkan karakteristik industi secara sepsifik dalam mecapai keunggulan biaya menyeluruh . Selain itu ada beberapa stratgei diferensiasi yang di gunakan dalam beberapa perusahaan terutama sentra industri kaos dan kulit olehan . Sangat sedikit diungkapkan jenis diferensiasi yang dilakukan dan lang kah langkat perusahaaan UMKM dalam menerapkan fokus stratgei segmen .

5. Model Strategi pemasaran Industri kecil berbasis web 2.0 sebagai upaya meningkatkan daya saing industri kecil

5.1. Analisa Sistem

          Tahap analisis sistem yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan dari sistem yang akan digunakan untuk mengembangkan model sistem pemasaran web2.0. Hasil dari analisis sistem yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Karakteristik dari pengguna sistem pemasaran web 2.0 ini adalah seperti terlihat pada tabel Karakteristik Pengguna sebagai berikut.



5.2. Deskripsi Rinci Kebutuhan Strategi Pemasaran Web 2.0

Hasil dari analisa kebutuhan yang dilakukan diperoleh spesifikasi masalah kebutuhan dalam sistem pemasaran web 2.0 yaitu sebagai berikut:
  1. Memberikan kemudahan dan keamanan pada user yang ingin berkomunikasi dan menyampaikan informasi.
  2. Memberikan kemudahan kepada user terutama pelaku UMKM untuk mengakses data dan melakukan penelusuran informasi
  3. Memberikan kemudahan kepada Peneliti dan dinas terkait yang berperan untuk dapat mengisi content web 2.0
  4. Memberikan kemudahan kepada peneliti, dinas terkait dan pelaku industri UMKM untuk berinteraksi melalui fungsi komunikasi yang dimiliki.
  5. Memberikan kemudahan bagi pihak yang bertanggung jawab (administrator) dalam melakukan pengelolaan sistem
  6. Penyebaran informasi yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu kepada user terutama pelaku industri UMKM .
5.3. Desain system

          Tahap desain sistem bertujuan untuk menetapkan entitas dan data yang dibutuhkan oleh
sistem, pemodelan sistem dengan gambaran proses dan aliran data yang terjadi.
  • Arsitektur Sistem Fase desain ini ditujukan untuk mengembangkan model yang dapat memenuhikebutuhan yang sudah diindentifikasikan pada tahap analisis dengan memberikan detail-detail teknis dan menetapkan batasan yang berlaku pada sistem. Hasil dari perancangan ini diharapkan dapat ditranslasikan ke dalam kode program.

  • Desain Data Dari spesifikasi yang telah dikembangkan pada tahap analisis, maka dapat menentukan data-data yang akan digunakan dan disimpan untuk mendukung sistem yang akan direalisasikan dalam tabel-tabel sebagai berikut. 1. Peneliti dan dinas terkait , Tabel ini berisi detil informasi tentang peneliti sebagai penmbuat model sistem pemasaran berbasis web 2.0 dan insutri UMKM sebagai pengguna web site. 2. Konten produk dan fitur , Tabel-tabel ini membentuk rantai produk beserta fiturnya . Disini antar tabel memiliki relasi satu ke banyak.
  • topik dan file_produk, Pada table ini akan ditentukan dimana lokasi produk akan disimpan akan disimpan dan penamaan file, seingga file dapat diakses oleh pelaku industri. File materi berupa file HTML, audio dan video.
  • konektor1 dan konektor2, Tabel-tabel ini berfungsi sebagai penghubung bagi dua tabel yang saling memiliki relasi. Konektor1 menghubungkan tabel industri dengan buyers , konektor2 menghubungkan antara dosen, dan kuliah. Berikut ini adalah gambar struktur tabel :

  • Rancangan Sistem Desain arsitektur sistem disini berfokus pada implementasi pemrograman server side menggunakan PHP, yang meliputi proses login, proses jelajah informasi dan proses manipulasi data


Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
2011 - 2012






Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis Web 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil

REVIEW 11

2. TINJAUAN PUSTAKA

          Didalam kegiatan bisnis, pemasaran merupakan suatu fungsi yang secara langsung menentukan penjualan (sales) dan kegiatan yang mempunyai cakupan yang luas karena selain mencakup bagian internal juga mencakup bagian eksternal perusahaan. Kotler (2006;6) mengemukakan bahwa “pemasaran merupakan proses sosial dan majerial dimana individu atau kelompok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya melalui kreativitas, penawaran dan pertukaran nilai produk dengan yang lain”. Amarican Marketing Association mengemukakan bahwa “pemasaran” sebagai “suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya”. Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa pemasaran membutuhkan strategi yang diungkapkan dalam rencana-rencana yang realistis yang dihubungkan dengan kemungkinan memperoleh keuntungan.
          Strategi bisnis dan keunggulan bersaing sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan strategi pemasaran. Para pengambil keputusan pemasaran dilibatkan alam proses perencanaan bisnis pada tiga hal penting yaitu; (1) peran serta dalam analisis dan perencanaan strategik perusahaan, (2) melayani bersama manajer fungsional lain sebagai anggota tim perencaanan startegik unit bisnis dan (3) mengembangkan dan melaksanakan rencana-rencana pemasaran strategik untuk pasar yang dilayani perusahaan cravens (2007;63), selanjutnya dalam perencanaan strategik kepala eksekutif pemasaran bertanggungjawab dalam (1) perumusan strategi perusahaan, (2) mengembangkan strategi pemasaran unit bisnis dalam mendukung prioritas perusahaan (Cravens 2007;64).
          Adapun esensi analisis situasi pemasaran merupakan kegiatan yang mencakup penganlisaan pasar, segmentasi pasar dan penganalisaan persaingan yang bertujuan untuk mengetahui peluang dan ancaman dalam pemasaran yang dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, Sebaaimana telah disinggung terdahulu untuk kegiatan analisis situasi pemasaran perusahaan memerlukan informasi pemasaran tentang lingkungan pemasaran makro dan mikro , karena itu peusahaan memerlukan sistem informasi pemasaran (marketing information system).
          Informasi pemasaran didefinisikan diantara para ahli banyak yang sejalan dengan konsep Kotler (2006;126), yang menekannkan bahwa sistem informasi pemasaran ialah “suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data menjadi informasi yang dilakukan secara sistematik untuk dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan dalam menganalisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian pemasaran “. Untuk memperoleh informasi pemasaran, produsen harus menganalisis lingkungan pemasaran makro (ekonomi, teknologi, sosial budaya, peraturan/kebijakan pemerintah, politik dan demographi) dan lingkungan pemasaran mikro (pemasok, pesaing, pasar/pelanggan, perantara dan publik). Informasi tentang lingkungan pemasaran (makro dan mikro) mempunyai ciri cepat berubah sejalan dengan perkembangan dunia bisnis, karena itu produsen yang menginginkan strategi pemasaran yang terarah harus selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan pemasaran tersebut.
        Analisis situsi pemasaran adalah identifikasi peluang pemasaran sebagai dasar untuk perancangan strategi pemasaran (designing marketing strategy). Didalam hal ini strategi pemasaran mencakup penargetan pasar dan analisis penempatan, pemilihan strategi pemasaran dan pengembangan serta penempatan produk. Strategi pasar sasaran mengidentifikasikan bagaimana suatu usaha menghubungkan pasar dengan produk. Untuk memilih pasar sasaran perlu dipertimbangkan ; daya tarik segmen dan sumber daya kekuatan bisnis perusahaan di suatu segmen. Keputusan pasar produk merupakan “focal point” dari strategi pemasaran karena pentargetan pasar sebagai dasar untuk penetapan tujuan dan pengembangan strategi penempatan (Cravens 2007;71)
          Tahap pelaksanaan dan pengelolaan strategi pemasaran harus memperhatikan perancangan organisasi pemasaran yang efektif, pelaksanaan dan pengendalian strategi serta pemakaian sistem informasi untuk perencanaan dan manajemen dari strategi pemasaran. Dengan demikian strategi pemasaran merupakan prinsip yang menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran dan bisnis yang mencakup keputusan-keputusan pengeluaran pemasaran, bauran pemasaran dan aplikasi pemasanan. Lebih lanjut Kotler (2007;98) membagi strategi pemasaran menjadi tiga bagian penting, yaitu : (1) strategi pasar sasaran dan strategi penempatan produk, (2) bauran pemasaran dan anggran pemasaran, serta (3) strategi pemasaran yang menyeluruh dikaitkan dengan tujuan serta sasaran penjualan, pangsa pasar dan keuntungan. Dalam hal ini, tujuan pemasaran merupakan arah bagi perusahaan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran.
Strategi pemasaran industri kecil diarahkan untuk memenangkan persaingan di suatu pasar sasaran. Suatu persaingan akan dimenangkan jika strategi pemasaran produsen mampu menciptakan strategi bersaing (competitive strategy) yang mempunyai keunggulan bersaing dikemukakan oleh Porter (1991;xvi). ”Strategi bersaing merupakan suatu kombinasi antara tujuan yang diperjuangkan perusahaan dengan alat (kebijakan) yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut atau pencarian posisi yang menguntungkan dalam suatu industri sebagai tempat persaingan”. Dalam memilih suatu strategi bersaing ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu; daya tarik suatu industri untuk memberikan tingkat laba jangka panjang dan penentuan posisi relatif dalam suatu industri. Dengan demikian tujuan strategi bersaing adalah menemukan posisi perusahaan dalam suatu industri yang memungkinkan suatu perusahaan dapat melindungi diri terhadap tekanan persaingan atau mempengaruhi tekanan secara positif
          Konsep pemasaran stratejik yang sedang berkembang dalam mengahadapi keadaan pasar yang bergejolak adalah Market-Based Management, Market Driven Strategy dan Market orientation. Konsep market-based dan market driven tercakup dalam framework dari strategi yang berorientasi pada pasar yang mencakup company (C1), customer (C2), serta competitor (C3) dan berusaha memberikan nilai ungul pada pelanggannya untuk mencapai keunggulan posisional di pasar global, karena orientasi utamanya adalah untuk memperbaiki akses pasar (Gray dan Hooley 20002 ; Noble, Sinha, dan Kumar 2002, Hult, G. T. M., & Ketchen, D. J. 2001).
          Perusahaan yang menggunakan orientasi pasar mendapatkan keuntungan yang unggul secara selektif dengan memelihara pelanggan dan keuntungan yang potensial (Jaworski, Kohli dan Sahay, 2000; Best, 2000). Day (1994) menyatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki proses-proses untuk mengumpulkan intelegensi pasar mengenai para pelanggan dan para pesaing dan mengintegrasikan mereka dengan proses-proses pembuatan keputusan strategis dan melalui peningkatan reputasi perusahaan yang merupakan aset tidak berwujud yang merupakan sumber dalam penciptakan superior customer value bagi stakeholder yang merupakan salah satu dimensi atau elemen penting dalam membangun daya saing suatu industry
          Menurut pandangan Day (1999:6) strategi merupakan pernyataan direksional yang mencakup sejumlah dimensi dalam meningkatkan daya saing, yaitu arena, advantage, acces dan activities. Dimensi-dimensi itu saling tergantung dan secara kolektif menentukan strategi. Perusahaan harus memilih dan menetapkan pasar sasaran untuk dilayani, menempatan sesuatu yang membedakan perusahaan dengan pesaing, melakukan komunikasi dan menggunakan saluran distribusi untuk mencapai pasar sasaran, serta menentukan dan melaksanakan skala dan cakupan aktivitas yang tepat.
          Dimensi lainnya yaitu adaptation sebagai hal pencapaian yang penting dari suatu strategi dalam mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang (Day, 1999:6) yang dapat terlihat pada gambar 1 dibawah ini : 

          Dimensi lain , yaitu adaptation dan accountability. Adaptation merupakan dimensi penting dari suatu strategi dalam merespons perubahan pasar yang dinamis, mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang. Adapt atau adaptation, suatu pendekatan yang menyatakan kejelian dari sebuah perusahaan untuk mengadaptasi perubahan situasi lingkungan yang terjadi. (Sucherly 203;23)
          Hasil dari pencapain model ini adalah , peningkatan volume penjualan (sales volume), kepuasan dan loyalitas pelanggan (customer satisfaction and loyalty), prosentase kenaikan
pangsa pasar (market share), Profitabilitas (profitbility), Pertumbuhan keuntungan , serta Return On Investment (ROI)


          Studi yang dilakukan oleh PT Sarana Jabar Ventura , dimana PT. Sarana Jabar Ventura (PT. SJV) sebagai perusahaan modal ventura daerah pertama di Indonesia yang bertujuan untuk membina pengusaha kecil dengan penyertaan modal dan bimbingan manajemen merupakan bentuk nyata pola kemitraan yang ada di Jawa Barat. Pendirian PT. SJV diprakarsai oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bapak Mar’i.e. Muhammad. Selanjutnya direalisasikan oleh para pengusaha Jawa Barat dengan mengumpulkan sejumlah dana sebagai modal PT. SJV untuk diteruskan pada para pengusaha kecil di Jawa Barat. Dengan demikian PT. SJV merupakan bentuk nyata kemitraan yang dikembangkan untuk lebih mempercepat proses pembinaan pengusaha kecil dengan prinsip saling membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

          Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan metode eksperimen, dimana pada tahap awal dirancang kriteria model strategi pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 yang akan dijadikan percobaan melalui need assesment, kemudian dilanjutkan dengan membuat perancangan sistem web 2.0 berdasarkan model strategi pemsaran usaha kecil yang akan diterapkan. Pada tahap selanjutnya dilakukan uji coba implementasi pada sistem web 2.0 dengan menggunakan model strategi pemasaran usaha kecil yang akan diterapkan dan jenis usaha kecil pada satu industry kecil yang ditetapkan, kemudian dilakukan juga uji coba pada sistem pemasaran konvensional dengan model strategi pemasaran usaha kecil dan usaha kecil yang membuat produk yang sama dan pada industri yang sama. Adapun bagan atau gambaran tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini


Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
2011 - 2012





Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis Web 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil

REVIEW 10

ABSTRAK

          Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PT. SJV (Sarana Jabar Ventura) terhadap industri kecil yang ada di Jawa Barat, ternyata sulit beradaptasi dengan struktur pasar yang ada. Industri kecil pada umumnya kurang memiliki informasi pasar sebagai akibat keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mempersulit industri kecil itu sendiri dalam memperluas akses pasar Akibatnya, ruang gerak industri kecil secara ekonomis akan tetap lemah dan terbatas. Dengan demikian, maka peran informasi pemasaran menjadi isu sentral dan strategis. Akibat keadaan tersebut, fenomena krusial yang terjadi adalah terpikatnya industri kecil oleh dorongan pada konsentrasi yang product oriented dan kurang market oriented. Ini berarti ketidakberdayaan dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan pembeli terhadap berbagai jenis produk industri kecil.
          Informasi pemasaran merupakan titik tolak dasar untuk menyusun strategi. Keterbatasan informasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas strategi pemasaran, baik strategi pasar produk, strategi bauran pemasaran (strategi-strategi produk, harga, distribusi, dan promosi), maupun strategi keunggulan bersaing, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi daya saing industri. Hambatan suatu industri dalam meraih daya saing dapat mengancam kontinuitas usaha. Implikasi dampak selanjutnya akan mengancam industri kecil dalam kemampuannya untuk mengemban misi menciptakan nilai tambah dan kesempatan kerja di dalam negeri serta menjadi salah satu basic dalam pengentasan kemiskinan . Karena itu model strategi pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 dapat meningkatkan daya saing industri kecil telah mengugah peneliti untuk melakukan penelitian khusus, karena sektor ini diduga mempunyai prospek yang sangat cerah sebagai solusi untuk pengentasan kemiskinan.
          Web 2.0. Yaitu suatu aktifitas interaktif yang terjadi di internet, yang bisa membuat produk dan gerakan yang baru, Filosofi dari Web 2.0 sendiri adalah pengunjung bisa berpartisipasi aktif di website, Pemasaran berbagai website yang berbasis Web 2.0 pada umumnya bertujuan sama, yakni membangun dan mencerdaskan komunitas pelanggan dan dapat menimbulkan niat melakukan pembelian terhadap produk tersebut Titik berat Strategi Pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 adalah mewujudkan produk usaha kecil yang partisipatif dengan menjalin komunikasi dua arah antara pelanggan dan produsen dalam hal ini adalah usaha kecil via Web 2.0. Dengan demikian yang terjadi tidak hanya otomatisasi pemasaran produk saja , tetapi lebih dari itu terjadi efisiensi serta peningkatan citra produk di hadapan pelanggan yang akan dijadikan target pasar produknya sehingga pelanggan melakukan keputusan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh usaha kecil dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing industri kecil .
          Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan metode eksperimen, dimana pada tahap awal dirancang kriteria model strategi pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 yang akan dijadikan percobaan melalui need assesment, kemudian dilanjutkan dengan membuat perancangan sistem web 2.0 berdasarkan model strategi pemasaran usaha kecil yang akan diterapkan. Pada tahap selanjutnya dilakukan uji coba implementasi pada sistem web 2.0 dengan menggunakan model strategi pemasaran usaha kecil yang akan diterapkan dan jenis usaha kecil pada satu industry kecil yang ditetapkan, kemudian dilakukan juga uji coba pada sistem pemasaran konvensional dengan model strategi pemasaran usaha kecil dan usaha kecil yang membuat produk yang sama dan pada industri yang sama.
          Pada proses uji coba implementasi baik pada sistem pemasaran berbasis web 2.0 maupun sistem pemasaran konvensional, semua kegiatan pemasaran direkam dengan camera video. Wawancara dilakukan terhadap pelaku usaha kecil dan pelanggan hasil dari usaha kecil setelah implementasi dilakukan, untuk mengetahui pendapatnya dari uji coba sistem tersebut. Data hasil wawancara dan rekaman kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria dan panduan yang telah dibuat, kemudian dibuat laporan penelitian awal hasil uji coba implementasi sistem, tahap selanjutnya diseminasi dan sosialisasi sistem pemasaran berbasis web 2.0 dengan mengundang fihak-fihak yang terlibat, yaitu Dinas KUKM dan Indag Kota, Forum Pemasaran Kota , Komisi Rantai Nilai Promosi Kota Para pengusaha kecil industry strategis kota Bandung .
Key Word: Strategi Pemasaran, Usaha kecil, web 2.0 dan Daya saing Industri kecil

1. LATAR BELAKANG

          Esensi dan eksistensi usaha kecil dalam tatanan ekonomi nasional menunjukan kinerja yang sangat penting. Hasil studi yang dilakukan LPEM FE-UI pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 29 produk manufaktur yang diidentifikasikan memiliki keunggulan komparatif, 15 jenis produk diantaranya adalah unskilled labor intensive dari sektor usaha kecil dan menengah.
          Peranan industri kecil dalam rangka ekspor non migas terus meningkat dibandingkan industri besar padat modal. Selama enam tahun terakhir pertumbuhan ekspor dari produk industri kecil mengalami peningkatan sampai 30 persen. Jika pada tahun 2003 pangsa pasar produk unskilled labor intensive baru mencapai 18 persen, maka pada tahun 2006 meningkat menjadi 45 persen (Faisal Basri, 2007).
          Basis kekuatan kinerja industri kecil tercermin perbandingan data ekspor tahun 2007 serta data ekspor tahun 2002. Berdasarkan jenis produknya, produk padat karya memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor pada urutan pertama, yaitu sebesar 62.13 persen, sedangkan. berdasarkan sumber daya alam, kekuatannya menempati urutan kedua, yaitu 17.82 persen. Berdasarkan teknologi dan engineering kekuatannya belum menunjukkan peranan yang riil (Agus Suroso, 2005;101). Data-data tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitatif usaha menengah kecil telah memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap perekonomian nasional.
          Secara kualitatif peran usaha kecil dalam perekonomian nasional pun tidak diragukan. Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward-linkages). Bahkan, dalam perekonomian modern seperti sekarang ini tidak ada satupun mata rantai ekonomi yang semata-mata terdiri dari perusahaan besar dan semata-mata dari perusahaan kecil (Drucker 2000;54)
         Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel karena dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal dan meningkatkan sumber daya manusia untuk menjadi wiraswasta-wiraswasta yang tangguh. Karena sifatnya yang relatif fleksibel, usaha kecil mudah beradaptasi dengan lingkungan yang terbatas infrastrukturnya dibanding dengan usaha besar yang pada umumnya membutuhkan sumber daya dan dana yang besar. Pada usaha kecil, biaya umum dan resiko relatif kecil karena pemilihan lokasi mudah dilakukan.
          Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional. Usaha kecil tersebar ke pelosok tanah air, mulai dari perkotaan sampai dengan pedesaaan. Dalam transformasi struktur ekonomi nasional yang cenderung berubah dari ekonomi agraris ke ekonomi industri, sektor ini berfungsi sebagai transformator dan mobilisator tenaga kerja lokal.

Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
2011 - 2012

UNIT USAHA SIMPAN PINJAM DI KOPERASI DAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PERKEMBANGANNYA

REVIEW 9



Metodologi

          Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada usaha simpan pinjam pada koperasi di sumatera barat. Populasi penelitian ini adalah seluruh unit simpan pinjam atau koperasi primer  yang berbadan hukum serta berkualifikasi A. sampel penelitian dilakukan dengan simple random sampling.
Variable penelitian mencakup volume pinjaman yang tercatat dalam pembukuan koperasi sebagai variable berikut, tingkat bunga pinjaman yang dibebankan pada peminjam, lama proses pengajuan sampai pinjaman diterima anggota, dan periode pengambilan pinjaman. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder  yang bersumber dari unit usaha (koperasi) simpan pinjam responden selama tahun 1995. Data dikumpulkan dengan menggunakan daftar isian (documenter) yang disusun sehingga mudah dimengerti oleh karyawan koperasi. Selanjutnya data akan dianalisis dengan metode regresi linier dan eksponensial dengan computer program microstat.

Hasil penelitian dan pembahasan :
  1. Uji keseluruhan variable bebas


Untuk menganalisis permasalahan yang diajukan, digunakan fungsi eksponensial. Koefisien pendugaan parameter diperoleh melalui perhitungan computer, metode kuadrat terkecil (ordienary least square). Sebelum dianalisi data terlebih dahulu ditransformasikan kedalam logaritma natural. Dengan menggunakan fungsi eksponensial, maka koefisien parameternya juga menunjukan tingkat elastisitas peinjaman terhadap masing – masing variable bebas. Parameter A0 (intersep) merupakan volume (jumlah) pinjaman pada satu pihak dihadapkan terhadap variable bebas. Jadi makin besar nilai intersep, maka makin efisien pula kegiatan usahanya. Disamping itu parameter ini juga mengambarkan hasil rata – rata pada koperasi tersebut.

Untuk mengetahui sejauh mana variable bebas menjelaskan volume pinjaman, digunakan nilai koefisien determinan (R2). Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,89. Berarti 89 persen variasi volume pinjaman diterangkan oleh variable – variable bebas diatas.

Pengujian diatas, menunjukan hasil yang signifikan. Uji F menunjukan F hitung yang lebih besar yaitu 26,334 dari F table (4,28). Berarti secara keseluruhan variable – variable bebas berpengaruh secara nyata terhadap volume pinjaman.

Hasil seperti ini dapat dipahami, karena variable – variable bebas secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari usaha simpan pinjam. Seorang anggota akan meminjam dikoperasi jika tingkat suku bunga, lama proses pengajuan pinjaman, dan perioede (lama) pengembalian lebih menguntungkan dibanding yang ditawarkan bank rentenir.

2. Uji masing – masing variable bebas
  •     pengaruh tingkat suku bunga pinjaman


          Dari koefisien parameter yang dihasilkan, diketahui bahwa elastisitas pinjaman terhadap tingkat suku bunga adalah sebesar 50045458,69. Besaran nilai koefisien ini menggambarkan hubungan antara variable tingkat suku bunga dengan variable lainnya. Makin besar nilai indeks elastisitasnya, maka makin besar kemampuannya untuk menggantikan factor lainnya. Berarti dengan menaikkan tingakat suku bunga sebesar 1% akan menurunkan volume pinjaman sebesar Rp. 50.045.458,69 atau tingkat penurunan suku bunga sebesar 1% akan meningkatkan volume pinjaman sebesar Rp. 50.045.458,69 ; cateris paribus.

          Nilai indeks elastisitas tingkat suku bunga -50045458,69 lebih kecil dari nilai indeks lama proses pengajuan pinjaman. Berarti bagi peminjam kecepatan proses pengajuan pinjaman lebih diperhatikan disbanding tingkat suku bunga pinjaman. Namaun tingkat suku bunga pinjaman lebih diperhatikan daripada periode (lama) pengembalian pinjaman. Hal ini terlihat dari koefisiensi periode pengembalian pinjaman (niali mutlak).

          Nilai peluang uji t terhadap tingkat suku bunga menunjukan pengaruh nyata, karena peluang uji ini lebih kecil dari 10% yaitu hanya 0,0954 atau 9,54%. Hasil uji ini mengindikasikan bahwa tingkart suku bunga sangat berpengaruh terhadap keputusan anggota untuk meminjam atau tidak dikoperasi. Jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga perbankan sifatnya fleksibel atau berfluktuasi. Manajer koperasi hendaknya memberhentikan kondisi tingkat bunga dipasar uang (perbankan) yang menjadi saingannya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada satupun koperasi yang menetapkan tingkat bunga fleksibel sesuai dengan tingkat suku bunga perbankan pada umunya. Pada umumnya selama satu tahun koperasi tidak pernah merubah tingkat suku bunga pinjamannya, bahkan banyak koperasi sampel yang sudah menetapkan tingkat suku bunga pinjaman yang selama 5 tahun.

          Kondisi ini disatu sisi akan dapat merugikan perusahaan koperasi. Dalam manajemen perbankan dikenal adanya hubungan fluktuasi tingak suku bunga dengan periode pengembalian pinjaman atau jangka waktu pinjaman. Disamping itu juga akan mempengaruhi daya saing koperasi. Artinya jika tingkat suku bunga dipasar uang cenderung naik, makan akan terjadi kerugian pada koperasi. Tetapi jika tingkat suku umum cenderung terus menurun, maka partisipasi anggota akan menurun karena mereka merasa dirugikan, yang pada giliriannya akan menurunkan daya saing koperasi.

  • Pengaruh lama proses pengajuan pinjaman



          Elastisitas pinjaman terhadap lama proses pengajuan pinjaman adalah -55089057,50. Berarti setiap penambahan satu hari lama proses pengajuan pinjaman akan mengurangi Rp. 55.089.057,50 volume pinjaman atau pengurangan 1 hari proses pengajuan tersebut akan menambah Rp. 55.089.057,50 ; cateris paribus.
  
          Nilai indeks elastisitas variable -55089057,50 lebih besar dari nilai indeks variable tingkat suku bunga dan periode pengembalian pinjaman (nilai mutlak). Dengan demikian variable ini mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada variabel lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa lama proses pengajuan pinjaman lebih menentukan bagi seseorang untuk meminjam atau tidak dikoperasi. Kondisi ini dapat dipahami karena keadaan ekonomi anggota koperasi yang pada umumnya kesulitan likuwditas, yang menyebabkan mereka membutuhkan dana yang segera diterima. Disamping itu manajemen koperasi dalam memberikan pinjaman hendaknya mempunyai prioritas untuk didahulukan. Namun priritas itu jangan dikaitkan dengan siapa (orang) yang meminjam, tetapi justru harus dihubungkan dengan usaha yang akan dibiayai (penggunaan) pinjaman tersebut. Misalnya usaha seorang petani berkaitan dengan iklim atau cuaca, sehingga kecepatan kebutuhan uang sangat tergantung pada keadaan iklim tersebut. Informasi ini juga memberikan masukan kepada manajer koperasi dalam pengelolaan simpan pinjam. Artinya salah satu factor keunggulan koperasi yang harus diperhartikan adalah kecepatan proses pengajuan pinjaman anggota.

          Nilai peluang uji terhadap variable ini menunjukan pengaruh nyata pada signifikansi 10% karena besaran peluang uji tadalah 0.083. hasil uji memberikan informasi bagi manajer koperasi agar berusaha meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan unit simpan pinjam. Peningkatan efisiensi akan berakibat pada penurunan lama proses pengajuan pinjaman dan penurunan tingkat suku bunga pinjaman.

  • pengaruh periode (lama) pengembalian pinjaman


Periode pengembalian pinjaman, dimaksudkan berupa berapa kali pinjaman harus dilunasi atau berapa lama pinjaman dapat dimanfaatkan anggota sebelum dikembalikan.

Koefisien volume pinjaman terhdap periode pengembalian pinjaman adalah 46211816,48. Brarti setiap penambahan satu kali periode pengembalian pinjaman akan meningkatkan volme pinjaman sebesar Rp. 46.211.816,48 atau sebaliknya pengurangan satu kali periode pengembalian akan menurunkan Rp. 46.211.816,48 volume pinjaman ; cateris paribus.

Nilai peluang uji t  menunjukan bahwa variable periode pengembalian pinjaman berpengaruh nyata pada tariff signifikansi 10% terhadap volume pinjaman. Dengan demikian secara statitis variable ini adalah signifikan.

Periode pengembalian pinjaman ternyata sangat berhubungan dengan usaha yang dapat dibiayai oleh pinjaman tersebut. Artinya periode pengembalian merupakan lamanya dana tersebut terinvestasi dalam usaha peminjam. Alam aturan struktur finansial yang konservatif dijelaskan bahwa jangka waktu pinjaman terinvestasi dalam usaha tidak boleh melebihi lamanya periode pinjaman, sehingga peminjam tidak kesulitan untuk mengembalikan pinjaman tersbut pada saat hatuh tempo. Hal ini juga mengindikasikan bahwa periode pengembalian injaman harus dibedakan antara seorang anggita peminjam dengan lainnya berdasarkan kegunaan pinjaman tersebut bagi mereka. Sebab kebijaksanaan seperti ini disamping mendidik anggota memanfaatkan pinjaman juga berpengaruh pada kemungkinan kelancaran pengembalian pinjaman. Artinya jika pinjaman yang diberikan dapat meningkatkan pendapatan lebih besar dari biaya pinjaman yang mereka bayar, maka kemampuan mengembalikan pinjaman anggota semakin besar atau sebaliknya.

Pendapat diatas didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, bahwa periode pengembalian pinjaman dikoperasi adalah tetap (tidak fleksibel). Sedangkan manajemen perkreditan (disamping uraian diatas) modern mengatakan bahwa fleksibilitas periode pinjaman sejalan dengan fluktuasi tingkat suku bunga itu sendiri. Jika tingkat suku bunga cenderung menurun atau dalam waktu dekat akan terjadi penurunan, maka sebaiknya manajemen koperasi memberikan pinjaman dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tingkat bunga pinjaman cenderung naik atau dalam jangka panjang terus naik, maka (didasarkan pada pemikirian bahwa koperasi disatu sisi harus bersaing dengan lembaga keuangan formal dan informal lainnya dan disisi lain harus mempertimbangkan kebutuhan anggota sebagai pemakai jasa koperasi. Kedua pertimbangan diatas menuntut profesionalisasi manajemen koperasi. Artinya dengan sebagai profesionalnya manajemen koperasi diharapkan mereka dapat menganalisis kebutuhan dana dari anggota disatu sisi dan fluktuasi suku bunga disatu sisi lain, sehingga kebijaksanaan pinjaman mereka optimal, dalam arti menguntungkan bagi koperasi dan juga membantu anggota mengembangkan usahanya yang pada  gilirannya koperasi ikut meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Kesimpulan

1.      Hasil analisis menunjukan bahwa ketiga variable (tingkat suku bunga, lama proses pengajuan kredit, dan periode pengembalian pinjaman) berpengaruh terhadap besar kecilnya volume pinjaman. Hal ini berarti anggota sebagai peminjam sangat mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebelom mereka mengajukanpermohonan pinjaman.
2.      Dari ketiga variable yang dianalisis, variable lama proses pengajuan pinjaman adalah yang paling berpengaruh, kemudian diikuti yang diikuti oleh tingkat suku bunga dan periode pengembalian pinjaman. Hal ini juga menunjukkan urutan kepentingan atau pertimbangan anggita sebelum mengajukan pinjaman.
3.      Besarnya pengaruh ketiga variable yang dianalisis tidak diikuti oleh fleksibilitas kebijakan pinjaman oleh manajemen koperasi. Sedangkan fleksibilitas pengelolaan sangat penting. Hal ini berhubungan sangat dengan jangka waktu kebutuhan dana bagi anggota peminjam dan fluktuasi ekonomi ekonomi khsusnya suku bunga dipasar uang. Dengan kebijaksanaan seperti ini diharapkan peluang perkembangan unit usaha simpan pinjam semakin besar seiring dengan perkembangan usha anggotanya.
4.      Disarming variable yang diuraikan diatas, penelitian ini juga menemukan bahwa, lebih dari 50 persen responden yang diteliti tidak memberikan balas jasa simpanan pada penyimpannya dalam bentuk bunga. Bahkan sebagian besar (75 persen) diantaranya tidak memberikan insentif sama sekali dan sebagian kecil hanya memberikan sisa hasil usaha pada akhir tahun. Situasi ini akan menghilangkan daya saing unit usaha simpan pinjam dan koperasi akan kesulitan dalam memobilisir dana dari masyarakat, karena saat ini tersedia lembaga keuangan (misalnya BRI dan atau BPR) yang menyediakan sarana simpanan dengan insentif  tingkat bunga dan hadiah – hadiah yang menggiurkan penabung.

Saran

Hasil ini memberikan saran atau rekomendasi pada pimpinan koperasi di Sumatera Barat khususnya yang mempunyai unit usaha simpan pinjam.
1.      Agar unit usaha simpan pinjam dapat berkembang seiring dengan perkembangan usaha anggota, maka manajemen usaha simpan pinjam khususnya harus memperhatikan jangka waktu kebutuhan dana  bagi anggota dan juga fluktuasi suku bunga di pasar uang. Kondisi ini menuntut kepekaan manajemen dalam menganalisis informasi pasar, pesaing dan pemohonan kredit dari anggota. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah keseimbangan antara kebutuhan anggota disatu sisi dengan kepentingan koperasi terutama meningkatkan daya saing disisi lain. Manajemen simpan pinjam dengan tingkat suku Bunga dan jangka waktu (periode pengembalian) pinjaman yang tetap tidak sesuai lagi dengan situasi ekonomi yang terus berubah saat ini. Bahkan untu masa – masa yang akan datang diperkirakan daur hidup produk (termasuk simpan pinjam) akan semakin pendek. Artinnya naik turunnya kondisi perekonomian akan semakin sering terjadi. Implikasinya penentuan tingkat suku bunga dan jangka waktu pinjaman tidak bisa lagi diserahkan pada rapat anggota atau bahkan pada pengurus sekalipun. Jika hal ini tetap di jalankan maka usaha simpan pinjam akan kehilangan daya saing dan pada gilirannya ditinggalkan anggotanya, sehingga usaha ini akan gulung tikar. Kebijakan suku bunga dan jangka waktu pinjaman harus menjadi wewenang dari pengelola unit usaha simpan pinjam atau setidaknya manajer koperasi.
2.      Secara teoritis usaha simpan pinjam pada koperasi dapat lebih efisien disbanding lembaga formal lainnya, Karen dapat mereduksi biaya tranksaksi. Peluang ini hendaknya diperhatikan oleh pengelola unit usaha simpan pinjam, sehingga dengan semakin efisiennya koperasi bekerja, maka akan dapat diturunkannya tingkat suku bunga pinjaman dan semakin cepatnya proses pengajuan pinjaman.
3.      Agar unit usaha simpan pinjam pada koperasi tidak kehilangan daya saing, maka pengelola usaha ini harus memberikan balas jasa kepada deposan setidaknya sesuai dengan balas jasa yang diberikan lembaga formal lainnya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka masyarakat tidak akan menyimpan uangnya dikoperasi, karena kalah bersaing dengan pasar. Disamping itu sebenarnya koperasi dalam hal unit simpan pinjam mempunyai kelemahan dibandingkan dengan lembaga keuangan menyangkut tingkat keamanan perusahaan ini. Artinya masyrakat akan merasa lebih aman menyimpan uangnya dibank misalnya, disbanding dikoperasi apa lagi dengan jumlah besar.


Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
'2011 - 2012



1.