REVIEW 9
Metodologi
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan
pada usaha simpan pinjam pada koperasi di sumatera barat. Populasi penelitian
ini adalah seluruh unit simpan pinjam atau koperasi primer yang berbadan hukum serta berkualifikasi A.
sampel penelitian dilakukan dengan simple random sampling.
Variable penelitian mencakup volume pinjaman yang
tercatat dalam pembukuan koperasi sebagai variable berikut, tingkat bunga
pinjaman yang dibebankan pada peminjam, lama proses pengajuan sampai pinjaman
diterima anggota, dan periode pengambilan pinjaman. Data yang dikumpulkan
berupa data sekunder yang bersumber dari
unit usaha (koperasi) simpan pinjam responden selama tahun 1995. Data
dikumpulkan dengan menggunakan daftar isian (documenter) yang disusun sehingga
mudah dimengerti oleh karyawan koperasi. Selanjutnya data akan dianalisis
dengan metode regresi linier dan eksponensial dengan computer program
microstat.
Hasil penelitian dan pembahasan :
- Uji
keseluruhan variable bebas
Untuk
menganalisis permasalahan yang diajukan, digunakan fungsi eksponensial.
Koefisien pendugaan parameter diperoleh melalui perhitungan computer, metode
kuadrat terkecil (ordienary least square). Sebelum dianalisi data terlebih
dahulu ditransformasikan kedalam logaritma natural. Dengan menggunakan fungsi
eksponensial, maka koefisien parameternya juga menunjukan tingkat elastisitas
peinjaman terhadap masing – masing variable bebas. Parameter A0 (intersep) merupakan volume (jumlah) pinjaman
pada satu pihak dihadapkan terhadap variable bebas. Jadi makin besar nilai
intersep, maka makin efisien pula kegiatan usahanya. Disamping itu parameter
ini juga mengambarkan hasil rata – rata pada koperasi tersebut.
Untuk
mengetahui sejauh mana variable bebas menjelaskan volume pinjaman, digunakan
nilai koefisien determinan (R2). Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien
determinasi sebesar 0,89. Berarti 89 persen variasi volume pinjaman diterangkan
oleh variable – variable bebas diatas.
Pengujian
diatas, menunjukan hasil yang signifikan. Uji F menunjukan F hitung yang lebih
besar yaitu 26,334 dari F table (4,28). Berarti secara keseluruhan variable –
variable bebas berpengaruh secara nyata terhadap volume pinjaman.
Hasil
seperti ini dapat dipahami, karena variable – variable bebas secara keseluruhan
tidak dapat dipisahkan dari usaha simpan pinjam. Seorang anggota akan meminjam
dikoperasi jika tingkat suku bunga, lama proses pengajuan pinjaman, dan
perioede (lama) pengembalian lebih menguntungkan dibanding yang ditawarkan bank
rentenir.
2. Uji
masing – masing variable bebas
- pengaruh
tingkat suku bunga pinjaman
Dari koefisien parameter yang
dihasilkan, diketahui bahwa elastisitas pinjaman terhadap tingkat suku bunga
adalah sebesar 50045458,69. Besaran nilai koefisien ini menggambarkan hubungan
antara variable tingkat suku bunga dengan variable lainnya. Makin besar nilai
indeks elastisitasnya, maka makin besar kemampuannya untuk menggantikan factor
lainnya. Berarti dengan menaikkan tingakat suku bunga sebesar 1% akan
menurunkan volume pinjaman sebesar Rp. 50.045.458,69 atau tingkat penurunan
suku bunga sebesar 1% akan meningkatkan volume pinjaman sebesar Rp.
50.045.458,69 ; cateris paribus.
Nilai indeks elastisitas tingkat
suku bunga -50045458,69 lebih kecil dari nilai indeks lama proses pengajuan
pinjaman. Berarti bagi peminjam kecepatan proses pengajuan pinjaman lebih
diperhatikan disbanding tingkat suku bunga pinjaman. Namaun tingkat suku bunga
pinjaman lebih diperhatikan daripada periode (lama) pengembalian pinjaman. Hal
ini terlihat dari koefisiensi periode pengembalian pinjaman (niali mutlak).
Nilai peluang uji t terhadap
tingkat suku bunga menunjukan pengaruh nyata, karena peluang uji ini lebih
kecil dari 10% yaitu hanya 0,0954 atau 9,54%. Hasil uji ini mengindikasikan
bahwa tingkart suku bunga sangat berpengaruh terhadap keputusan anggota untuk
meminjam atau tidak dikoperasi. Jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga
perbankan sifatnya fleksibel atau berfluktuasi. Manajer koperasi hendaknya
memberhentikan kondisi tingkat bunga dipasar uang (perbankan) yang menjadi
saingannya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada satupun koperasi
yang menetapkan tingkat bunga fleksibel sesuai dengan tingkat suku bunga
perbankan pada umunya. Pada umumnya selama satu tahun koperasi tidak pernah
merubah tingkat suku bunga pinjamannya, bahkan banyak koperasi sampel yang sudah
menetapkan tingkat suku bunga pinjaman yang selama 5 tahun.
Kondisi ini disatu sisi akan dapat
merugikan perusahaan koperasi. Dalam manajemen perbankan dikenal adanya
hubungan fluktuasi tingak suku bunga dengan periode pengembalian pinjaman atau
jangka waktu pinjaman. Disamping itu juga akan mempengaruhi daya saing
koperasi. Artinya jika tingkat suku bunga dipasar uang cenderung naik, makan
akan terjadi kerugian pada koperasi. Tetapi jika tingkat suku umum cenderung
terus menurun, maka partisipasi anggota akan menurun karena mereka merasa
dirugikan, yang pada giliriannya akan menurunkan daya saing koperasi.
- Pengaruh
lama proses pengajuan pinjaman
Elastisitas pinjaman terhadap lama
proses pengajuan pinjaman adalah -55089057,50. Berarti setiap penambahan satu
hari lama proses pengajuan pinjaman akan mengurangi Rp. 55.089.057,50 volume
pinjaman atau pengurangan 1 hari proses pengajuan tersebut akan menambah Rp.
55.089.057,50 ; cateris paribus.
Nilai indeks elastisitas variable
-55089057,50 lebih besar dari nilai indeks variable tingkat suku bunga dan
periode pengembalian pinjaman (nilai mutlak). Dengan demikian variable ini
mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada variabel lainnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa lama proses pengajuan pinjaman lebih menentukan bagi
seseorang untuk meminjam atau tidak dikoperasi. Kondisi ini dapat dipahami
karena keadaan ekonomi anggota koperasi yang pada umumnya kesulitan likuwditas,
yang menyebabkan mereka membutuhkan dana yang segera diterima. Disamping itu
manajemen koperasi dalam memberikan pinjaman hendaknya mempunyai prioritas
untuk didahulukan. Namun priritas itu jangan dikaitkan dengan siapa (orang)
yang meminjam, tetapi justru harus dihubungkan dengan usaha yang akan dibiayai
(penggunaan) pinjaman tersebut. Misalnya usaha seorang petani berkaitan dengan
iklim atau cuaca, sehingga kecepatan kebutuhan uang sangat tergantung pada
keadaan iklim tersebut. Informasi ini juga memberikan masukan kepada manajer
koperasi dalam pengelolaan simpan pinjam. Artinya salah satu factor keunggulan
koperasi yang harus diperhartikan adalah kecepatan proses pengajuan pinjaman
anggota.
Nilai peluang uji terhadap variable
ini menunjukan pengaruh nyata pada signifikansi 10% karena besaran peluang uji
tadalah 0.083. hasil uji memberikan informasi bagi manajer koperasi agar
berusaha meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan unit simpan pinjam.
Peningkatan efisiensi akan berakibat pada penurunan lama proses pengajuan
pinjaman dan penurunan tingkat suku bunga pinjaman.
- pengaruh periode (lama) pengembalian pinjaman
Periode pengembalian
pinjaman, dimaksudkan berupa berapa kali pinjaman harus dilunasi atau berapa
lama pinjaman dapat dimanfaatkan anggota sebelum dikembalikan.
Koefisien volume
pinjaman terhdap periode pengembalian pinjaman adalah 46211816,48. Brarti
setiap penambahan satu kali periode pengembalian pinjaman akan meningkatkan
volme pinjaman sebesar Rp. 46.211.816,48 atau sebaliknya pengurangan satu kali
periode pengembalian akan menurunkan Rp. 46.211.816,48 volume pinjaman ; cateris
paribus.
Nilai peluang uji
t menunjukan bahwa variable periode
pengembalian pinjaman berpengaruh nyata pada tariff signifikansi 10% terhadap
volume pinjaman. Dengan demikian secara statitis variable ini adalah signifikan.
Periode pengembalian pinjaman
ternyata sangat berhubungan dengan usaha yang dapat dibiayai oleh pinjaman
tersebut. Artinya periode pengembalian merupakan lamanya dana tersebut
terinvestasi dalam usaha peminjam. Alam aturan struktur finansial yang
konservatif dijelaskan bahwa jangka waktu pinjaman terinvestasi dalam usaha
tidak boleh melebihi lamanya periode pinjaman, sehingga peminjam tidak
kesulitan untuk mengembalikan pinjaman tersbut pada saat hatuh tempo. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa periode pengembalian injaman harus dibedakan antara
seorang anggita peminjam dengan lainnya berdasarkan kegunaan pinjaman tersebut
bagi mereka. Sebab kebijaksanaan seperti ini disamping mendidik anggota
memanfaatkan pinjaman juga berpengaruh pada kemungkinan kelancaran pengembalian
pinjaman. Artinya jika pinjaman yang diberikan dapat meningkatkan pendapatan
lebih besar dari biaya pinjaman yang mereka bayar, maka kemampuan mengembalikan
pinjaman anggota semakin besar atau sebaliknya.
Pendapat diatas
didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, bahwa periode pengembalian
pinjaman dikoperasi adalah tetap (tidak fleksibel). Sedangkan manajemen
perkreditan (disamping uraian diatas) modern mengatakan bahwa fleksibilitas
periode pinjaman sejalan dengan fluktuasi tingkat suku bunga itu sendiri. Jika
tingkat suku bunga cenderung menurun atau dalam waktu dekat akan terjadi
penurunan, maka sebaiknya manajemen koperasi memberikan pinjaman dalam jangka
panjang. Sebaliknya jika tingkat bunga pinjaman cenderung naik atau dalam
jangka panjang terus naik, maka (didasarkan pada pemikirian bahwa koperasi
disatu sisi harus bersaing dengan lembaga keuangan formal dan informal lainnya
dan disisi lain harus mempertimbangkan kebutuhan anggota sebagai pemakai jasa
koperasi. Kedua pertimbangan diatas menuntut profesionalisasi manajemen
koperasi. Artinya dengan sebagai profesionalnya manajemen koperasi diharapkan
mereka dapat menganalisis kebutuhan dana dari anggota disatu sisi dan fluktuasi
suku bunga disatu sisi lain, sehingga kebijaksanaan pinjaman mereka optimal,
dalam arti menguntungkan bagi koperasi dan juga membantu anggota mengembangkan
usahanya yang pada gilirannya koperasi
ikut meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Kesimpulan
1. Hasil
analisis menunjukan bahwa ketiga variable (tingkat suku bunga, lama proses
pengajuan kredit, dan periode pengembalian pinjaman) berpengaruh terhadap besar
kecilnya volume pinjaman. Hal ini berarti anggota sebagai peminjam sangat
mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebelom mereka mengajukanpermohonan
pinjaman.
2. Dari
ketiga variable yang dianalisis, variable lama proses pengajuan pinjaman adalah
yang paling berpengaruh, kemudian diikuti yang diikuti oleh tingkat suku bunga
dan periode pengembalian pinjaman. Hal ini juga menunjukkan urutan kepentingan
atau pertimbangan anggita sebelum mengajukan pinjaman.
3. Besarnya
pengaruh ketiga variable yang dianalisis tidak diikuti oleh fleksibilitas
kebijakan pinjaman oleh manajemen koperasi. Sedangkan fleksibilitas pengelolaan
sangat penting. Hal ini berhubungan sangat dengan jangka waktu kebutuhan dana
bagi anggota peminjam dan fluktuasi ekonomi ekonomi khsusnya suku bunga dipasar
uang. Dengan kebijaksanaan seperti ini diharapkan peluang perkembangan unit
usaha simpan pinjam semakin besar seiring dengan perkembangan usha anggotanya.
4. Disarming
variable yang diuraikan diatas, penelitian ini juga menemukan bahwa, lebih dari
50 persen responden yang diteliti tidak memberikan balas jasa simpanan pada
penyimpannya dalam bentuk bunga. Bahkan sebagian besar (75 persen) diantaranya
tidak memberikan insentif sama sekali dan sebagian kecil hanya memberikan sisa
hasil usaha pada akhir tahun. Situasi ini akan menghilangkan daya saing unit
usaha simpan pinjam dan koperasi akan kesulitan dalam memobilisir dana dari
masyarakat, karena saat ini tersedia lembaga keuangan (misalnya BRI dan atau
BPR) yang menyediakan sarana simpanan dengan insentif tingkat bunga dan hadiah – hadiah yang
menggiurkan penabung.
Saran
Hasil ini memberikan
saran atau rekomendasi pada pimpinan koperasi di Sumatera Barat khususnya yang
mempunyai unit usaha simpan pinjam.
1. Agar
unit usaha simpan pinjam dapat berkembang seiring dengan perkembangan usaha
anggota, maka manajemen usaha simpan pinjam khususnya harus memperhatikan
jangka waktu kebutuhan dana bagi anggota
dan juga fluktuasi suku bunga di pasar uang. Kondisi ini menuntut kepekaan
manajemen dalam menganalisis informasi pasar, pesaing dan pemohonan kredit dari
anggota. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah keseimbangan antara kebutuhan
anggota disatu sisi dengan kepentingan koperasi terutama meningkatkan daya saing
disisi lain. Manajemen simpan pinjam dengan tingkat suku Bunga dan jangka waktu
(periode pengembalian) pinjaman yang tetap tidak sesuai lagi dengan situasi
ekonomi yang terus berubah saat ini. Bahkan untu masa – masa yang akan datang
diperkirakan daur hidup produk (termasuk simpan pinjam) akan semakin pendek.
Artinnya naik turunnya kondisi perekonomian akan semakin sering terjadi.
Implikasinya penentuan tingkat suku bunga dan jangka waktu pinjaman tidak bisa
lagi diserahkan pada rapat anggota atau bahkan pada pengurus sekalipun. Jika
hal ini tetap di jalankan maka usaha simpan pinjam akan kehilangan daya saing
dan pada gilirannya ditinggalkan anggotanya, sehingga usaha ini akan gulung
tikar. Kebijakan suku bunga dan jangka waktu pinjaman harus menjadi wewenang
dari pengelola unit usaha simpan pinjam atau setidaknya manajer koperasi.
2. Secara
teoritis usaha simpan pinjam pada koperasi dapat lebih efisien disbanding
lembaga formal lainnya, Karen dapat mereduksi biaya tranksaksi. Peluang ini
hendaknya diperhatikan oleh pengelola unit usaha simpan pinjam, sehingga dengan
semakin efisiennya koperasi bekerja, maka akan dapat diturunkannya tingkat suku
bunga pinjaman dan semakin cepatnya proses pengajuan pinjaman.
3. Agar
unit usaha simpan pinjam pada koperasi tidak kehilangan daya saing, maka
pengelola usaha ini harus memberikan balas jasa kepada deposan setidaknya
sesuai dengan balas jasa yang diberikan lembaga formal lainnya. Jika hal ini
tidak diperhatikan, maka masyarakat tidak akan menyimpan uangnya dikoperasi, karena
kalah bersaing dengan pasar. Disamping itu sebenarnya koperasi dalam hal unit
simpan pinjam mempunyai kelemahan dibandingkan dengan lembaga keuangan
menyangkut tingkat keamanan perusahaan ini. Artinya masyrakat akan merasa lebih
aman menyimpan uangnya dibank misalnya, disbanding dikoperasi apa lagi dengan
jumlah besar.
Nuli Rahayu (25211272)/2EB09
Fakultas Ekonomi
'2011 - 2012
1.