Nama : Nuli Rahayu
Kelas : 4EB09
NPM : 25211272
Berikut adalah sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia :
1.
Zaman
Belanda – Standar Belanda
Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan
berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana
yang dikembangan oleh Luca Pacioli. Sistem ini diperkenalkan oleh Luca Pacioli
bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk melakukan pencatatan upah
sejak zaman Babilonia. Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad ke-16
awalnya untuk berdagang, kemudian Belanda membentuk perserikatan maskapai
Belanda yang dikenal dengan vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Perusahaan VOC milik Belanda yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan-memainkan peranan
penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan yunus,
1997). Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental. Sistem
kontinental merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu
debit dan kredit secara seimbang dan menghasilkan pembukuan yang sistematis
serta laporan keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini perusahaan
mendapatkan gambaran tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan, serta hak
pemilik.
Perjalanan VOC berakhir pada tahun 1799 dan setelah
VOC dibubarkan, kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Sejak masa itulah
mulai tumbuh perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pada masa
penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945, sistem akuntansi tidak banyak
mengalami perubahan, yaitu tetap menggunakan pola sistem Belanda.
2.
Pada
Tahun 1945-1955
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang yang berbangsa
Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari (Soemarso, 1955). Praktik akuntansi model
Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950 an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda.
Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang-orang
Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan
tenaga ahli (Diga dan Yunus, 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan
akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun
demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan
akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya
jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi,
seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute
Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara – STAN) 1990, Universitas
Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962
dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soemarso, 1955), telah mendorong pergantian
praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB
2003).
Salah seorang dosen akuntansi senior Indonesia Dr.
S. Hadibroto telah menulis disertasi tentang dua sistem ini dengan judul yang
sudah diterjamahkan : “Studi Perbandingan antara Akuntansi Amerika dan Belanda
dan Pengaruhnya terhadap Profesi di Indonesia”. Pada kesimpulan disertasinya
beliau menyarankan agar Indonesia lebih baik memilih sistem akuntansi Amerika
dibandingkan dengan sistem akuntansi Belanda.
3.
Pada
Tahun 1955-1974
Pada masa menjelang diaktifkannya pasar modal di
Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu, pertama kalinya IAI (Ikatan Akuntansi
Indonesia) melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di
Indonesia dalam suatu buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”, dengan maksud
antara lain :
1) Menghimpun
prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia,
2) Sebagai
prasarana pasar uang dan modal pada saat itu,
3) Laporan
Keuangan perusahaan yang go public
harus disusun berdasar Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi
keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak
tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui.
4.
Pada
Tahun 1984 (Saat diterbitkannya UU)
Pada tahun 1984, Komite PAI melakukan revisi secara
mendasar pada PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku “Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi
dengan perkembangan dunia usaha. Pada Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 masih
memerlukan penjabaran lebih lanjut yang diatur dengan “pernyataan” tersendiri. Sehubungan
dengan itu, Komite PAI-IAI mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian pernyataan
PAI dan interprestasi PAI untuk mengembangkan, menambah, mengubah serta
menjelaskan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari PAI 1984.
5.
Akhir
Tahun 1984
Pada akhir tahun 1984, Standar
Akuntansi di Indonesia mengikuti Standar Akuntansi yang bersumber dari IASC (International Accounting Standard
Committe).
6.
Pada
Tahun 1994 (PAI)
Pada tahun 1994, IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia)
kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam
buku ‘Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994”. Dalam
perkembangannya, telah terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian
menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan IFRS (International Financial Reporting Standard). Program adopsi penuh
dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan agar dapat
terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini
ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar
Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai
dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun
1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi
baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US
GAAP dan lainnya dibuat sendiri. (Terjadi pada periode 1994-2004).
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan IAI disebut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Sejak diterbitkannya buku Standar Akuntansi Keuangan
tahun 1994, IAI terus melakukan revisi guna penyempurnaan standar yang sudah
ada maupun penambahan standar baru dan interpretasi Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan Standar Akuntansi Internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangannya, Standar Akuntansi Keuangan 13 terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru
sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan delapan kali, yaitu pada
tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004,
1 September 2007, 1 juli 2009 dan 1 januari 2012.
7.
Pada
Tahun 2008 (IFRS)
Tahap adopsi berikutnya dilakukan pada periode 2008-2011 meliputi aktivitas
adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku. Saat ini IFRS telah diterapkan di lebih dari 100 negara di dunia yang
meliputi seluruh negara dikawasan Eropa dan sejumlah besar negara dikawasan
Asia Pasifik, seperti Australia, Malaysia, Singapura, Hongkong, Turki, dan
sebagainya. Dengan dibuatnya satu standar akuntansi yang sama dan digunakan
oleh seluruh dunia, hal ini dikarenakan mutu dari laporan keuangan yang
dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi, pengungkapan yang lebih luas,
informasi keuangan yang relevan dan akurat serta dapat diperbandingkan dan satu
lagi yang sangat penting adalah dapat berterima secara internasional dan mudah
untuk dipahami.
Untuk perkembangan konvergensi IFRS selama tahun 2009-2010 adalah sebagai
berikut :
1) Jumlah PSAK yang telah disahkan dari
Juni 2009‐Juni 2010 berjumlah 15 buah,
semuanya berlaku 2011 kecuali PSAK 10 berlaku 2012 namun penerapan dini diijinkan.
2) Bila asumsi
ED PSAK 3 dan ED ISAK 17 disahkah dalam waktu dekat, maka jumlah PSAK yang akan
berlaku efektif 2012 adalah 15 buah dan ISAK 7 buah.
3) Jumlah PSAK
yang belum disahkan dan akan berlaku 2012 sampai dengan Juni 2010 dan ISAK
adalah 5 buah.
4) Jumlah PSAK
yang masih Non Comparable dengan IFRS adalah 8 buah.
5) Jumlah PSAK
yang telah dicabut dgn PPSAK dan pencabutan berlaku sejak 2010 adalah 9 PSAK
dan 1 Interpretasi . Beberapa PSAK juga telah dicabut dgn bersamaan dgn
berlakunya PSAK baru sehingga total PSAK yang dicabut adalah 16 PSAK.
8.
Pada
Tahun 2012
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama
dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Sejak tanggal 1 Januari 2012,
Indonesia telah mengadopsi seluruh IFRS, kecuali IFRS 1 First-time Adoption of International Financial Reporting Standard,
IAS 41 Agriculture, IFRC 15 Agreements
for the Contruction of Real Estate (yang telah diadopsi menjadi ISAK 21 :
Perjanjian Kontruksi Real Estate) ditunda masa pemberlakuannya sampai waktu
yang akan ditentukan.
Sasaran konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merivisi
PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku
efektif tahun 2011/2012, konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara
bertahap. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya konvergensi IFRS
adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang
dikenal secara Internasional, meningkatkan arus investasi global melalui
transaparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising
melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan