INDUSTRI KEUANGAN SECARA GLOBAL - REGIONAL
Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) menilai perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan secara
umum berada dalam kondisi relatif baik. Penilaian tersebut merupakan kesimpulan
Rapat Bulanan Dewan Komisioner OJK yang dilaksanakan rutin pada pekan
kedua setiap bulan, untuk mengevaluasi perkembangan dan profil risiko di
industri jasa keuangan.
Secara global, pemulihan
ekonomi Amerika Serikat masih berlanjut, ekonomi zona Euro mengalami deflasi
seiring melambatnya penurunan tingkat pengangguran. Quantitative Easing
(QE) telah diumumkan, begitu pula dengan ekonomi Jepang yang mengalami
kontraksi seiring dengan melemahnya permintaan, serta digulirkannya stimulus
fiskal dan moneter. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok serta penurunan
harga minyak dunia juga masih berlanjut.
Beberapa kondisi terkait
perekonomian domestik antara lain, penurunan harga BBM, perlambatan pertumbuhan
ekonomi 2014 yakni dari 5,58% menjadi 5,02%. Sementara pada triwulan IV 2014,
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 4,92% menjadi 5,01% yoy,
Januari 2015 perekonomian mengalami deflasi terkait dengan administered prices,
sementara neraca perdagangan mengalami surplus.
Kondisi pasar keuangan
domestik, pasar saham cenderung menguat dengan fluktuasi yang relatif moderat.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) menguat seiring perbaikan persepsi
risiko pada 2014. Rupiah sempat mengalami penguatan seiring dengan
membaiknya persepsi risiko dimaksud, namun secara point-to-point masih
melemah. Kondisi Lembaga Jasa Keuangan, risiko likuiditas masih terjaga
tercermin dari alat likuid perbankan dan asuransi yang masih memadai, risiko
kredit relatif rendah, Non Performing Loan dan Non Performing
Financing di bawah (threshold), sementara risiko pasar juga masih
dikategorikan rendah di tengah fluktuasi pasar Januari yang relatif moderat.
Kondisi perbankan, selama
2014 mengalami perlambatan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Kredit pada
Desember 2014 mengalami perlambatan masing-masing dari 13,79% dan 11,89% pada
November 2014, menjadi sebesar 12,29% dan 11,58%. Namun demikian, walaupun
pertumbuhan kredit mengalami perlambatan, terdapat dua sektor yang mengalami
peningkatan, yakni sektor konstruksi dan rumah tangga. Peningkatan kredit
sektor kontruksi sejalan dengan program pemerintah yang saat ini fokus pada
infrastruktur. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Desember
2014 tercatat sebesar 19,57% mengalami penurunan dari 19,67% pada posisi
November 2014. Rentabilitas yang tercermin dari rasio Net Interest
Margin dan Return On Asset masing-masing tercatat sebesar 4,24%
dan 2,85%. Sisi efisiensi, tercatat relatif baik dan stabil, rasio Biaya
Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional tercatat sebesar 76,29%.
Kondisi di Pasar Saham,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat, didorong oleh penguatan
di sektor properti, barang konsumsi, aneka industri, perdagangan dan
keuangan selama Januari 2015. Peningkatan terbesar ada pada sektor properti.
Namun di sisi lain, penurunan index terjadi pada sektor pertanian, industri
dasar, infrastruktur dan pertambangan. Pelemahan index sektor pertanian dan
pertambangan dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga komoditas
dunia. Posisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana, per akhir Januari 2015
meningkat Rp 5,8 triliun (2,40%) dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan
tersebut berasal dari net subscription sebesar Rp 3,8 triliun dan
kenaikan nilai Rp 2 triliun.
Nilai investasi industri
perasuransian mengalami peningkatan sebesar 2,12%, yaitu dari Rp 616,2 triliun
di November 2014 menjadi Rp 616,2 triliun di Desember 2014. Nilai investasi
dana pensiun meningkat sebesar sebesar 0,91%, yaitu dari Rp 178,7 triliun
menjadi Rp 180,4 triliun. Pertumbuhan piutang pembiayaan pada Desember 2014
melambat, aset perusahaan pembiayaan per Desember 2014 meningkat 1,90% (mtm)
menjadi Rp 420,4 triliun, piutang pembiayaan meningkat 5,22% (yoy)
menjadi Rp 366,2 triliun. Penyaluran piutang pembiayaan, tercermin dari Financing-to-Asset
Ratio yang turun menjadi 87,10%.
Risiko Likuiditas Lembaga
Jasa Keuangan, secara umum berada pada level yang relatif rendah. Kondisi
likuiditas perbankan masih terjaga meski terdapat peningkatan potensi risiko
likuiditas, perlu tetap diwaspadai masih tingginya ketergantungan terhadap dana
pendanaan non-inti dan deposan inti, sementara rasio kecukupan investasi
asuransi masih memadai. Silakan klik logo PDF untuk mengunggah siaran
pers evaluasi pdan profil risiko industri jasa keuangan Januari 2015
selengkapnya.
Sumber :