“Bu, bapak jalan dulu ya, ibu
istirahat saja dirumah”
“Bapak hati – hati dijalan”
Ya kami adalah sepasang suami istri
yang telah bersama selama 35 tahun.
Istriku marni kembali harus merasakan
sakit dijantungnya setelah mendengar kabar anak kami Boni dituduh melakukan
penipuan di Jakarta. Kami dianugerahi 2 orang anak dan Boni anak sulung
sedangkan Bela anak kedua kami. Boni sejak kecil sangat patuh dengan kedua
orang tuanya dan bertanggung jawab dengan adik satu satunya. Setelah dewasa dan
mereka menemukan jodohnya masing masing di Jakarta maka aku dan Marni hanya
berdua disini, ya didesa tempat kami terlahir.
Tak lama aku meninggalkan Marni
sebentar untuk membeli makanan karena situasi seperti ini Marni tak mungkin
memasakan makanan untuk ku. Aku beruntung sekali memiliki Marni menjadi istriku
karena dia pandai memasak berkat ajaran ibunya.
“Bapak pulang”
Hening tak ada suara yang menjawab
salam ku. Aku segera melihat Marni di kamar yang sedang tertidur lelap, aku
menghampiri dan kupandang wajahnya yang cantik putih dan bersih, ya Marni
memang memiliki kulit yang putih. Aku cium keningnya dan ku ucapkan
“Bu aku sangat menyayangimu”
Tersentak Marni terbangun dan dia
hanya tersenyum menjawab perkataan ku.
“Apa sudah ada kabar dari mereka pak ?”
“Belom ada, istirahatlah dulu biar aku
yang menjaga mu”
“Bagaimana aku bisa tenang disini
sedangkan Boni anak kita tersangkut masalah dijakarta sana”
“Iya aku tau itu tp dokter menyuruhmu
istirahat, badan mu membutuhkan itu”
Tak lama Marni memenjamkan mata dan
aku segera beranjak dari kamar untuk pindah di ruang tv. Apakah anak itu akan
muncul lagi di tv dengan ditemani aparat kepolisian ? mudah mudahan saja tidak
dan ku berharap istriku tidak melihatnya dengan kondisi dia yang seperti ini.
Tak terasa aku sudah di depan tv
semalaman suntuk untuk tetap menjaga Marni. Matahari menyapa ku dengan bunyi
langkah orang yang mulai terbangun. Dan kulihat Marni masih tertidur dikamar
dan aku pun mulai membuat kan sarapan untuknya. Ya yang aku bisa hanya membuat
telor saja beda dengan Marni yang bisa membuat kan ku masakan apa saja dan
melayani ku dengan baik.
“Bu bangun, aku siapkan sarapan
untukmu dan minumlah obatnya”
Marni terbangun dan pertanyaan pertama
yang keluar dari mulutnya ialah
“Maaf kan aku pak tidak bisa melayani
mu dengan aku yang seperti ini”
“Tak apa, aku bisa membeli makanan
diwarung makan bude yang penting kau lekas sembuh”
“Mereka sudah memberi kabar ?”
“Abiskan saja dulu sarapanmu masalah
itu kita bicarakan nanti”
“Aku ingin selalu bersamamu, anak,
mantu dan cucu kita”
Aku sungguh prihatin melihat kondisi
Marni seperti ini.
Tak lama dia habiskan sarapan dan
meminum obatnya lalu kusuruh kembali dia tidur. Akupun khawatir sekali dengan
mereka. Ya, mereka adalah darah dagingku dengan Marni.
“Kring..kring” telfon berbunyi.
“Assalamualaikum pak, ini Bela”
“Walaikum salam, Bela ? apa kabar kamu
? gimana keadaanmu dan keluargamu disana ? apa sudah dapet kabar juga dari kakamu
?”
Aku senang akhirnya ada kabar dari
salah satu anakku. Ingin segera ku mengelus rambutnya dan memeluknya. Segera ku
kabari Marni yang sedang tertidur dikamar.